Rabu, 23 November 2016

Obesitas



                                              
1.1                         Latar Belakang
Pada awalnya obesitas di pandang sebagai tren atau gaya hidup sebagai tanda kesuksesan seseorang, dengan memiliki badan yang gemuk menandakan seseorang hidup berkecukupan. Namun sekarang obesitas telah menjadi masalah yang serius karena memicu timbulnya komplikasi penyakit yang menyertainya. Masalah obesitas kini telah menjadi perhatian khusus badan kesehatan dunia.
Kegemukan atau kelebihan berat badan merupakan fonemena “gunung es”. Keadaan yang tampak di permukaan hanya sedikit, sedangkan di dalamnya terkandung suatu masalah yang besar bagi kesehatan. Kegemukan tidak hanya mengganggu penampilan seseorang, tetapi juga menjadi pencetus munculnya sejumlah penyakit berbahaya.
Pertumbuhan dan perkembangan jaringan lemak dimulai sejak bayi berumur lima bulan. Jumlah sel lemak meningkat hinga bayi berumur satu tahun, diikuti dengan membesarnya sel-sel lemak. Pembentukan sel lemak akan berhenti saat seseorang berumur dua puluh tahun. Setelah itu, proses berlanjut pada pembesaran sel lemak tubuh. Dengan melihat proses terjadinya kegemukan dan asupan makanan yang berlebihan pada anak-anak  merupakan tindakan yang kurang baik saat anak tumbuh dewasa.
Seiring dengan meningkatnya taraf kesejahteraan masyarakat, jumlah penderita kegemukan (overweight) dan obesitas cenderung meningkat. Di indonesia, masalah kesehatan yang diakibatkan oleh gizi lebih ini mulai muncul pada awal tahun 1990-an.
Peningkatan pendapatan masyarakat pada kelompok sosial ekonomi tertentu., terutama di perkotaan, menyebabkan adanya perubahan pola makan dan pola aktifitas yang mendukung terjadinya peningkatan jumlah penderita kegemukan dan obesitas.
 Kegemukan dan obesitas merupakan dua hal yang berbeda. Namun,, keduanya sama-sama menunjukkan adanya penumpukan lemak yang berlebihan di dalam tubuh, yang ditandai dengan peningkatan nilai indeks massa tubuh diatas normal. Penderita obesitas mengalami penumpukan lemak yang lebih banyak dibandingkan dengan penderita kegemukan untuk jangka waktu yan lama, dan berisiko lebih tinggi untuk terkena beberapa penyakit degeneratif seperti penyakit payah jantubg kongestif,hipertensi,diabetes melitus tipe 2 dan sebagainya.

1.2                                    Rumusan Masalah
Adapun  rumusan masalah dari makalah ini yaitu :
1.      Apa yang di maksud dengan obesitas ?
2.      Bagaimana Epidemiologi Obesitas itu ?
3.      Bagaimana cara patofisiologi obesitas ?
4.      Seperti apa Etiologi dari Obesitas itu ?
5.      Bagaimana proses terjadinya obesitas itu ?
6.      Bagaimana faktor resiko dari obesitas ?
7.      Seperti apa gejalah pada obesitas ?
8.      Komplikasi atau penyakit apa saja yang akan terjadi jika mengalami obesitas ?
9.      Cara pencegahan obesitas atau kegemukan ?

1.3                                  Tujuan
Adapun Tujuan pembuatan makalah ini yaitu :
1.      Dapat Mengetahui apa itu obesitas (kegemukan)
2.      Dapat Mengetahui bagaimana epidemiologi,patofisiologi, dan etiologi dari obesitas.
3.      Dapat Mengetahui proses terjadinya obesitas.
4.      Dapat mengetahui faktor resiko dari obesitas yang dapat menyerang tubuh.
5.      Dapat mengetahui gejalah-gejalah yang timbul pada obesitas.
6.      Dan dapat mengetahui komplikasi apa saja yang akan terjadi dengan penderita obesitas.
7.      Serta dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari cara pencegahan obesitas.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1         Definisi Obesitas (kegemukan)
Obesitas atau kegemukan didefinisikan sebagai kelebihan akumulasi lemak tubuh sedikitnya 20% dari berat rata-rata untuk usia, jenis kelamin dan tinggi badan. Prognisis umum untuk peningkatan dam mempertahankan penurunan berat badan buruk. Namun keinginan untuk pola hidup lebih sehat dan penurunan factor resiko sehubungan dengan ancaman penyakit terhadap hidup memotivasi beberapa orang mengikuti diet dan program penurunan berat badan.
Obesitas adalah sebagai akumulasi lemak yang abnormal atau berlebihan yang berpeluang menimbulkan beberpa risiko kesehatan pada individu. Obesitas adalah kondisi dimana lemak tubuh menumpuk sehingga bias menimbulkan efek buruk pada kesehatan.
(Tabel 1.1)
2.2         Epidemiologi Obesitas
A.    Host
Host ialah semua factor yang terdapat pada diri manusia Yng dapat mempengaruhi timbulnya serta perjalanan penyakit. Dalam hal ini, yang berperan sebagai factor pejamu dalam timbulnya serta perjalan penyakit obesitas yang timbul dipengaruhi oleh banyak factor di dalamnya antara lain:
1.      Faktor genetic
Obesitas cenderung diturunkan,sehingga diduga memiliki penyebab genetic. Tetapi anggota keluarga tidak hanya berbagi gen, tetapi juga makanan dan kebiasaan gaya hidup, yang bias mendorong terjadinya obesitas. Seringkali sulit untuk memisahkan factor gaya hidup dengan faktor genetic. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa factor genetic memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan seseorang.
2.      Umur
Obesitas dapat terjadi pada seluruh golongan umur, baik pada anak-anak sampai pada orang dewasa. Obesitas dapat terjadi ketika dalam tubuhnya terjadi ketidakseimbangan antara konsusmsi kalori dan kebutuhan energy, dimana konsumsi kalori (energy intake) terlalu banyak dinbandingkan dengan kebtutuhan atau pemakaian energy (energy expenditure). Dalam hal ini asupan energy yang berlebihan tanpa diimbangi aktivitas fisik rata-rata per hari yang seimbang maka akan mempermudah terjadinya kegemukan atau obesitas pada seseorang.
3.      Kurangnya aktivitas fisik
Seseorang yang sering berolahraga atau beraktivitas maka lemak dalam tubuhnya akan dibakar sedangkan seseorang yang tidak melakukan aktivitas fisik akan semakin banyak timbunan lemak dalam tubuhnya sehingga kemungkinan untuk menjadi obesitas jauh lebih besar.
4.      Kebiasaan makan yang buruk
Kebiasaan konsumsi fast food, minuman yang manis maupun makanan kemasan, memiliki kecenderungan untuk memiliki berat berlebih karena makanan yang tinggi lemak dan kalori tetapi memiliki nili gizi rendah.
5.      Factor perkembangan
Penambahan ukuran ata jumlah sel-sel lemak (atau keduanya) meyebabkan bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh. Penderita obesitas, terutama yang menjadi gemuk pada mas kanak-kanak, bias memiliki sel lemak sampai 5 kali lebih banyak dibandingkan dengan orang yang berat badannya normal. Jumlah sel-sel lemak tidak dapat dikurangi , karena itu penurunan berat badan hanya dilakukan dengan cara mengurangi jumlah lemak dalam setiap sel.
B.     Agent
Agent merupakan suatu substansi atau elemen tertentu yang kehadiran atau ketidakhadirannya dapat menimbulkan atau mempengaruhi perjalan suatu penyakit. Adapun agent dalam penyakit obesitas adalah factor nutrisi yaitu kelebihan kalori terutama kabohidrat dan lemak.
C.     Lingkungan
Lingkungan yang mempengaruhi munculnya penyakit obesitas yaitu :
1.      Fisik : ikim, musim-produksi makanan berlimpah
2.      Ekonomi : kemampuan daya beli cukup
3.      Social : keinginan orang tua memberi makan kepada anak melebihi kebutuhan nutrisi.
2.3         Patofisiologi Obesitas
Secara umum obesitas dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan kalori, yang diakibatkan asupan energy yang jauh melebihi kebutuhan tubuh. Pada bayi (infant), penumpukan lemak terjadi akibat pemberian makanan pendamping ASI yang terlalu dini,terutama apabila makanan tersebut memiliki kandungan karbohidrat, lemak, dan protein yang tinggi. Pada masa anak-anak dan dewasa, asupan energy bergantung pada diet seseorang.
Obesitas terjadi karena adanya kelebihan energy yang disimpan dalam bentuk jaringan lemak. Gangguan keseimbangan energy ini dapat disebabkan oleh factor eksogen (obesitas primer) sebagai akibat nutrsional (90% ) dan factor endogen (obesitas sekunder) akibat adanya kelainan hormonal, sindrom atau defek genetic (meliputi 10%). Pengaturan keseimbangan energy diperankan oleh hipotalamus  melalui 3 proses fisiologis, yaitu: pengendalian rasa lapar dan kenyang, mempengaruhi laju pengeluaran energy,dan regulasi sekresi hormon.
Proses dalam pengaturan penyimpanan energy ini terjadi melalui sinyal-sinyal eferen (yang berpusat di hipotalamus) setelah mendapatkan inyal aferen dari perifer (jaringan adipose, usus dan jaringan otot). Sinyal-sinyal tersebut bersifat anabolik (meningkatkan rasa lapar serta menurunkan pengeluaran energi) dan dapat pula bersifat katabolik (anoreksia, meningkatkan pengeluaran energi) dan dibagi menjadi 2 kategori yaitu sinyal pendek dan sinyal panjang. Sinyal pendek mempengaruhi porsi makan  dan waktu makan, serta berhubungan dengan faktor distensi lambung dan peptida kolesistokinin (CCK) sebagai stimular dalam peningkatan rasa lapar. Sinyal panjang diperankan oleh fat-derived hormon leptin dan insulin yang mengatur penyimpanan dan keseimbangan energi.
  Apabila asupan energi melebihi dari yang dibutuhkan, maka jaringan adiposa meningkat disertai dengan peningkatan kadar leptin dalam peredaran darah. Leptin kemudian merangsang anorexigenic center di hipotalamus agar menurunkan produksi Neuro peptide –Y(NPY), sehingga terjadi penurunan nafsu makan. Demikian pula sebaliknya bila kebutuhan energi lebih besar dari asupan energi, maka jaringan adiposa berkurang dan terjadi rangsangan pada orexigenic center di hipotalamus yang menyebabkan peningkatan nafsu makan. Pada sebagian besar penderita obesitas terjadi resistensi leptin, sehingga tingginya kadar leptin tidak menyebabkan penurunan nafsu makan.
2.4         Etiologi Obesitas
Adapun penyebab dasar faktor etiologi primer dari obesitas adalah konsumsi kalori yang berlebihan dari energy yang dibutuhkan (mary coutney moore,1994). Kegemukan disebabkan oleh ketidakimbangan kalori yang masuk dibanding yang keluar.Kalori diperoleh dari makanan sedangkan pengeluarannya melalui aktivitas tubuh dan olahraga. KaLaori terbanyak  (60-70%) dipakai oleh tubuh untuk kehidupan dasar seperti bernafas, jantung berdenyut dan fungsi dasar sel. Besarnya kebutuhan kalori dasar ini ditentukan oleh genetik atau keturunan. Namun aktifitas fisik dan olahraga dapat meningkatkan jumlah pengguna kalori keseluruhan.
Jadi ketidak imbangan kalori ini dapat ditentukan oleh faktor keturunan tapi dipicu oleh pola hidup dan lingkungan. Kebiasaan hidup santai, malas bergerak , selalu dibantu orang lain (pembantu/supir) atau alat (remote/handphone/eskalator/kendaraan) dan makan berlebihan akan meningkatkan asupan dan menurunkan luaran kalori.
2.5         Proses Terjadinya Obesitas
Kegemukan merupakan keadaan yang menunjukkan ketidak seimbangan antara tinggi dan berat badan akibat kelebihan jaringan lemak dalam tubuh sehingga terjadi kelebihan berat badan yang melampaui ukuran ideal. Namun, pada dasarnya kegemukan terjadi akibat energy yang masuk ke dalam tubuh selalu berlebih sehingga tertimbun dalam bentuk lemak atau sel adipose di bagian bawah  kulit. Peningkatan cadangan lemak dalam tubuh dapat berupa penambahan jumlah sel-sel lemak, penambahan ukuran sel lemak, atau kombinasi dari keduanya, kelebihan 1000 kkal energi /hari akan menambah hampir 1 kg timbunan lemak per minggu. Dengan demikian, orang yang makan berlebihan secara terus menerus akan mudah mengalami obesitas (kegemukan).
Pertumbuhan dan perkembangan jaringan lemak dimulai sejak bayi berumur lima bulan. Jumlah sel lemak meningkat hinga bayi berumur satu tahun, diikuti dengan membesarnya sel-sel lemak. Pembentukan sel lemak akan berhenti saat seseorang berumur dua puluh tahun. Setelah itu, proses berlanjut pada pembesaran sel lemak tubuh. Dengan melihat proses terjadinya kegemukan dan asupan makanan yang berlebihan pada anak-anak  merupakan tindakan yang kurang baik saat anak tumbuh dewasa.
2.6         Faktor Resiko Obesitas
Faktor makanan ini merupakan yang terpenting untuk terjadinya kegemukan baik sebagai penyebab tunggal maupun penyakit lainnya. Ketidakseimbangan antara masukan kalori dan pemakaian dapat disebabkan banyak faktor antara lain :
1.      Aktifitas fisik
Pada umumnya seseorang yang gemuk kurang aktif daripada seseorang dengan berat badan normal. Aktifitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik dan mental serta memanfaatkan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari. Aktifitas fisik secara teratur yang dilakukan paling sedikit 30 menit/hari. Jika lebih banyak waktu yang dipergunakan untuk beraktifitas fisik, maka manffat yang diperoleh juga lebih banyak.
2.      Meningkatkan konsumsi zat gizi (asupan makanan)
Terutama zat gizi makro yang menyebabkan kegemukan bila dimakan secara berlebihan, zat gizi ini akan disimpan dalam bentuk lemak tubuh dan akan meningkatkan berat badan secara keseluruhan. Adapun zat gizi makro yang dapat mempengaruhi kenaikan berat badan jika dikonsumsi berlebihan antara lain:

a.       Karbohidrat
Karbohidrat memang merupakan peranan penting dalam alam karena merupakan sumber energi utama bagi manusia dan hewan yang harganya relative murah. Semua karbohidrat berassal dari tumbuh-tumbuhan. Fungsi utama karbohidrat adalah sumber energi pemberi rasa manis dari makanan, penghemat protein, mengatur metabolisme lemak, membantu pngeluaran feses. Dalam diet seimbang, dianjurkan 50-60% kebutuhan kalori berasal dari karbohidrat,kegunaan utam energi . kegunaan lainnya sebagai energi cadangan, komponen struktur sel, dan sumber serat.
b.      Protein
Protein adalah molekul makro dan merupakan bagian terbesar setelah air. Protein terdiri atas rantai-rantai panjang asam amino yang terikat satu sama lain dalam ikatan peptide. Protein ini mempunyai funsi khusus yang tidak tergantikan oleh zat lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh. Kebutuhan protein remaja berkisar antara 44-59 gr/hari. Tergantung pada jenis kelamin dan umur. Protein juga menyuplai sekitar 12-14% asupan energi selama masa anak dan remaja.
c.       Lemak
Lemak merupakan salah satu zat gizi makro yang berfunsi sebagai sumber energi,lemak juga menghasilkan 9 kal/gr nya, sebagai pelumas yaitu membantu pengeluaran sisa-sisa pencernaan dan metabolisme, memelihara suhu tubuh dan pelindung organ-organ vital. Depkes RI menganjurkan untuk mengkonsumsi lemak kurang dari 25% total energi /hari.
3.      10 makanan penyebab Obesitas
Berikut ini merupakan 10 jenis makanan yang dapat membuat berat badan anda bertambah secara mudah :
1.      Roti Putih
Roti putih merupakan salah satu makanan yang memiliki kandungan serat yang sangat minim, sehingga tidak akan membuat kita merasa kenyang lebih lama. Setelah kita menyantap roti putih, biasanya yang terjadi adalah gula darah melonjak dengan cepat, dan dapat  merasa lapar lagi.
Roti putih banyak ditemukan pada burger atau sndwich. Selain tidak mengandung banyak nutrisi, roti putih justru ser.ing dikombinasikan dengan gula atau pemanis sehingga dapat memicu kenaikan berat badan dengan cepat. Saran para ahli adalah pilihlah roti gandum utuh dan kurangi kebiasaan makan roti putih.
2.      Sereal
Sereal merupakan menu sarapan yang banyak dipilih di perkotaan karena penyajiannya lebih cepat dan praktis. Sayangnya, kebanyakan produk sereal di pasaran memiliki kandungan gula yang sangat tinggi, tetapi bernilai gizi rendah. Hal ini merupakan pemicu terjadinya penumpukan lemak dalam tubuh. Biasanya, setelah makan sereal, perut tidak merasa kenyang karena sereal tidak memiliki kandungan serat yang berarti.
      Jika kita tetap memilih sereal sebagai menu sarapan, maka pilihlah sereal yang terbuat dari gandum utuh. Selain itu, kita dapat menyantap oatmeal dan menambahkan buah sebagai bagian dari sarapan.
3.      Makanan versi diet
Saat ini, banyak produk diberi label rendah lemak,rendah gula, atau  khusus diet. Namun, yang perlu diingat adalah makanan ini mengandung zat kimia tambahan, seperti pewarna, penambah rasa, atau pemanis buatan yang memiliki resiko kesehatan. Hal ini yang perlu diingat adalah makanan ini dapat membuat gula dara menjadi naik sehingga anda cepat merasa lapar. Sebaiknya kita memilih buah-buahan alami atau sayuran ketimbang mengkonsumsi jenis makan ini.
4.      Ayam Goreng
Ini adala menu favorit banyak orang. Akan tetapi, tak banyak yang sadar jika ayam goreng mengandung lemak yang sangat tinggi karena ayam goreng diproses menggunakan minyak dengan temperatur tinggi. Pilihlah ayam yang dipanggang dengan bagian daging tanpa lemak.
5.      Kopi dengan “creamer” dan pemanis
Kandungan kalori dari secangkir kopi instan plus gula dan creamer bisa mencapai hampir separuh dari kebutuhan harian. Kopi atau jenis minuman ringan memang salah satu sumber kalori tersembunyi sehingga banyak dari kita tak menyadari kalau kebiasaan menenggak kopi dengan gula  dan creamer membuat tubuh menyerap kalori berlebihan.
6.      Permen dan gula-gula
Permen dan gula-gula merupakan pilihan buruk bagi mereka yang sedang melakukan program penurunan berat badan. Sebagian besar permen hanya mengandung pemanis dan zat kimia tambahan pangan, seperti pewarna atau pengawet. Selain dapat membuat ketagihan,permen tidak mengandung gizi berarti dan juga membuat tubuh terus menimbun cadangan lemak.
7.      Kentang goreng
Kentang sebenarnya merupakan jenis bahan mekanan dengan kalori rendah. Namun, jika sudah diproses dengan suhu tunggi, nilai kalorinya menjadi tinggi. Makanan ini juga sering disantap dengan menu berkalori tinggi lainnya di restoran cepat saji, seperti ayam goreng atau burger yang jelas akan membuat anda ketagihan. Kalaupun harus makan di restoran cepat saji, cobalah untuk tidak memsan kentang goreng.
8.      Pastri (donat, dan makanan ringan)
Makanan ini dapat membuat perut kenyang lebih lama karena rendah serat. Makanan ini banyak mengandung gula atau menggunakan pemanis sehingga dapat membuat gula darah dalam tubuh melonjak dengan cepat dan mempercepat timbunan lemak.
9.      Keripik kentang
Jangan anggap remeh keripik kentang. Walaupun terdengar ringan, makanan ini mengandung kalori yang sangat tinggi dengan nol niali gizi. Proses pengolahannya yang menggunakan pemanasan dengan temperatur tinggi membuat makanan ini sangat buuk. Keripik kentang juga mengandung bahan pengawet dan garam yang tinggi sehingga menambah resiko bagi kesehatan.
10.  Minuman soda
Soda mengandung kadar gula yang tinggi. Gula secara instan memberi energi dan membuat tubuh melepaskan kejenuhan sehingga banyak yang kecanduan soda cenderung berpostur gemuk.
      Menurut seorang peneliti di Texas, soda meningkatkan risiko obesitas rata-rata 32,8%, sedangkan soda bebas gula justru meninggatkan risiko hingga 54,5%. Sebagian besar minuman soda mengandung 250 kalori /600 ml. Tak ada kandungan nutrisi atau mineral di dalamnya, hanya gula dan kafein.
                         (Tabel 1.2)
2.7         Gejalah Obesitas
Penimbunan lemak yang berlebihan dibawah diafragma dan di dalam dinding dada bisa menekan paru-paru, sehingga timbul gangguan pernafasan dan sesak nafas, meskipun penderita hanya melakukan aktivitas yang ringan. Gangguan pernafasan bisa terjadi pada saat tidur dan menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara waktu (tidur apneu), sehingga pada siang hari penderita sering meras ngantuk. Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri punggung bawah dan memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul, lutut dan pergelangan kaki). Juga kadang sering ditemukan kelainan kulit.
Seseorang yang menderita obesitas memiliki permukaan tubuh yang relatif lebih sempit dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak dapat dibuang secara efisien dan mngeluarkan keringat yang lebih banyak. Sering ditemukan edema  (pembengkakan akibat penimbunan sejumlah cairan) di derah tungkai dan pergelangan kaki.
Kegemukan dapat diketahui dengan mengukur jumlah lemak seluruh tubuh menggunakan alat impedans ata mengukur ketebalan lemak di tempat-tempat tertentu menggunakan alat kaliper. Selain itu lemak di sekitar perut dapat diukur dengan menggunakan materan. Secara sederhana kegemukan dapat dihitung dengan menghitung Indeks Massa Tubuh, yaitu membagi berat badan (kg) dengan tinggi badan dikuadratkan (m2).
                                    (Tabel 1.3)
Menurut WHO, BMI orang normal adalah 18,5 -24,9. BMI kurang dari 18,5 di katakan kurus . Sedangkan BMI 25 keatas  disebut obesitas, yang dibagi pula dalam obesitas derajat 1 (BMI 25-29,9), obesitas derajat dua (BMI 30-39,9 dan obesitas derajat tiga atau morbid (BMI 40 atau lebih).
2.8         Komplikasi Obesitas
Seorang obesitas menghadapi risiko masalah kesehatan yang berat, antara lain :
1.      Hipertensi
Penambangan jaringan lemak meningkatkan aliran darah. Peningkatan kadar insulin berkaitan dengan retensi garam dan air yang meningkatkan volum darah. Laju jantung meningkat dan kapasitas pembuluh darah berkurang. Semuanya dapat meningkatkan tekanan darah.
2.      Diabetes
Obesitas merupakan penyebeb utama Diabetes Melitus T2. Lemak berlebih menyebabkan resistensi insulin, dan hiperglikemia berpengaruh negatif terhadap kesehatan.
3.      Dislipidemia
Terdapat peningkatan kadar low-density lipoprotein cholestrol (jahat), penurunan kadar high-density lipoprotein cholestrol (baik) dan peningkatan kadar trigliserida. Dispilidemia berisiko terbentuknya aterosklerosis.
4.      Penyakit jantung koroner dan stroke
Penyakit-penyakit ini merupakan penyakit kardiovaskuler akibat aterosklerosis.
5.      Osteoartritis (morbid Obesity memperberat badan pada sendi-sendi).
6.      Apnea tidur
Obesitas menyebabkan saluran nafas yang menyempit yang selanjutnya menyebabkan henti nafas sesaat sewaktu tidur dan mendengkur berat.
7.      Asma
Anak dengan BBL atau obes cenderung lebih banyak mengalamiserangan asma atau pembatasan keaktifan fisik.
8.      Kanker
Banyak jenis kanker yang berkaitan dengan obesitas. Misalnya, pada perempuan kanker payudara, uterus, serviks, ovarium dan kandung empedu. Pada lelaki kanker kolon, rektrum dan prostat.
9.      Penyakit perlemakan hati
Baik peminum alkohol maupun bukan dapat mengidap penyakit perlemakan hati (non alcholic fatty liver disease=NAFD) atau (non alcholic = NASH) yang dapat berkembang menjadi sirosis.
10.  Penyakit kandung empedu
Orang dengan obesitas dapat menghasilkan banyak kolesterol yang berisiko batu kandung empedu.
(Tabel 1.4)

2.9         Pecegahan Obesitas
A.    Peningkatan kesehatan (Health Promotion)
Pada tingkat ini dilakukan tindakan umum untuk menjaga keseimbangan proses bibit penyakit-pejamu-lingkungan, sehingga dapat menguntungkan manusia dengan cara meningkatkan daya tahan tubuh dan memperbaiki lingkungan. Tindakan ini dilakukan pada seseorang yang sehat. Untuk penyakit obesitas dapat dilakukan melalui pendidikan kesehatan tentang bahaya obesitas dan pengaturan pola makan yang baik serta melalui olahraga secara teratur.
B.     Perlindungan khusus (spesific protection)
Merupakan tindakan yang masih dimaksudkan untuk mencegah penyakit,menghentikan proses interaksi bibit penyakit-pejamu-lingkungan dalam tahap penyakit tertentu. Tindakan ini dilakukan pada seseorang yang sehat tetapi memiliki resiko terkena penyakit tertentu. Untuk penyakit obesitas dapat dilakukan melalui aktivitas fisik yang cukup sehingga terjadi pemabakaran lemak dalam tubuh.
C.     Penegakan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat (early diagnosis and prompt treatment)
Merupakan tindakan menemukan penyakit sedini mungkin dan melakukan penatalaksana segera dengan terapi yang tepat. Bagi orang yang obesitas maka dapat dilakukan melalui pengaturan pola makan.
D.    Pembatasan Kecatatan (dissability Limitation)
Merupakan tindakan penatalaksana terapi yang adekuat pada pasien dengan penyakit yang telah lanjut untuk mencegah penyakit menjadi lebih berat, menyembuhkan pasien, serta mengurangi kemungkinan terjadinya kecacatan yang akan timbul. Bagi penderita obesitas pembatasan kecatatan dapat dilakukan dengan diet atau penggunaan obat-obatan untuk menurunkan berat badan.
E.     Pemulihan Kesehatan (Rehabilitation)
Merupakan tindakan yang dimaksudkan untuk mengembalikan pasien ke masyarakat agar mereka dapat hidup dengan bekerja secara wajar, atau agar tidak menjadi beban orang lain. Bagi penderita obesitas tahap rehabilitasi dapat dilakukan melalui memberikan peran sosialnya seperti semula sehingga dia merasa diterima oleh masyarakat.
BAB III
      PENUTUP
1.1                 KESIMPULAN
Kegemukan merupakan keadaan yang menunjukkan ketidak seimbangan antara tinggi dan berat badan akibat kelebihan jaringan lemak dalam tubuh sehingga terjadi kelebihan berat badan yang melampaui ukuran ideal. Namun, pada dasrnya kegemukan terjadi akibat energy yang masuk ke dalam tubuh selalu berlebih sehingga tertimbun dalam bentuk lemak atau sel adipose di bagian bawah.
Kegemukan akibat pola makan yang salah dan nafsu makan yang besar banyak terjadi di kota-kota besar. Kecenderungan untuk gemuk menjadi lebih besar karena tersedia berbagai makanan cepat saji yang banyak mengandung lemak dan gaya hidup yang serba praktis sehingga membuat seseorang malas bergerak.
Tidak sedikit kebiasaan masyarakat di kota yang kurang bagus dalam memilih makanan. Ketika pulang bekerja, mereka terbiasa menyantap makanan siap saji yang sebagian besar merupakan makanan berlemak dan berkalori tinggi. Makanan seperti ini cepat sekali diserap tubuh dan menghasilkan kalori yang berlebih. Kelebihan kalori itu akan ditimbun dalam bentuk lemak di dalam tubuh.
1.2                 SARAN
Sebaiknya kita sebagai orang-orang yang peduli terhadap kesehatan sebaiknya lebih memperhatikan lagi keadaan di sekitar kita. Sebenarnya, “makanan rumahan” makanan yang dimasak sendiri dirumah lebih sehat dan bisa bervariasi. Dikatakan lebih sehat karena bahan yang dipakai pasti yang merupakan bahan yang sudah kita pilih, baik jenis (misalnya sayuran, ikan, dan daging tanpa (lemak) maupun kualitasnya (berkualitas baik). Dengan membiasakan makan sehat dirumah, resiko kegemukan bisa dikendalikan.
Selain akibat pola makan yang salah, kegemukan juga bias di akibatkan oleh kurangnya aktivitas fisik dan factor bawaan orangtua. Factor bawaan orang tua adalah salah satu factor kegemukan yang dapat diwariskan kepada anak dari orangtua yang memang memiliki “bakat” mudah gemuk. Dengan bakat gemuk ini, metabolisme seseorang lebih banyak menyimpan kalori daripada menggunakannya sehingga tubuh jadi lebih mudah gemuk.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges,Marilyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
(Online,diakses pada tanggal 26 April 2015)