BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut WHO, setiap tahunnya sekitar
2,2 juta orang di negara-negara berkembang terutama anak-anak meninggal dunia
akibat berbagai penyakit yang disebabkan oleh kurangya air minum yang aman,
sanitasi dan hygiene yang buruk. Selain itu, terdapat bukti bahwa pelayanan
sanitasi yang memadai, persediaan air yang aman, sistem pembuangan sampah serta
pendidikan hygiene dapat menekan angka kematian akibat diare sampai 65%, serta
penyakit-penyakit lainnya sebanyak 26%. Bersamaan dengan masuknya milenium
baru, Departemen Kesehatan telah mencanangkan Gerakan Pembangunan Berwawasan
Kesehatan, yang dilandasi paradigma sehat. Paradigma sehat adalah cara pandang,
pola pikir atau model pembangunan kesehatan yang bersifat holistik, melihat
masalah kesehatan yang dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersifat lintas
sektor, dan upayanya lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan dan
perlindungan kesehatan. Berdasarkan paradigma sehat ditetapkan visi Indonesia
Sehat 2010, dimana ada 3 pilar yang perlu mendapat perhatian khusus, yaitu
lingkungan sehat, perilaku sehat serta pelayanan kesehatan yang bermutu, adil
dan merata. Untuk perilaku sehat bentuk kongkritnya yaitu perilaku proaktif
memelihara dan meningkatkan kesehatan. mencegah risiko terjadinya penyakit,
melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam upaya
kesehatan. Mengingat dampak dari perilaku terhadap derajat kesehatan cukup
besar (30-35% terhadap derajat kesehatan), maka diperlukan berbagai upaya untuk
mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi sehat. Salah satunya melalui program
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Dalam Surat Keputusan Menteri
Kesehatan RI No. 1114/Menkes/SK/VIII/2005 tentang Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) dilakukan melalui pendekatan tatanan, yaitu tatanan rumah tangga,
sekolah, tempat- tempat umum, tempat kerja, dan institusi kesehatan. PHBS di
sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru
dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil
pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan
kesehatan, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sekolah sehat. Ada
beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS di sekolah
yaitu: membuang sampah pada tempatnya, mencuci tangan dengan air yang mengalir
dan menggunakan sabun, jangan jajan sembarangan, olahraga yang teratur dan
terukur, tidak merokok di area sekolah, memberantas jentik nyamuk satu minggu
sekali, Buang air kecil dan buang air besar di jamban yang bersih dan sehat
serta menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6 bulan sekali.
Pembangunan
kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemauan hidup sehat
bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya.Masyarakat diharapkan mampu berperan sebagai pelaku
pembangunan kesehatan dalam menjaga, memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatannya sendiri serta berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan
masyarakat.Harapan tersebut dapat terwujud apabila masyarakat diberdayakan
sepenuhnya dengan sumber daya dimilikinya untuk dapat menerapkan PHBS dalam
kehidupannya sehari-hari, baik di rumah, di sekolah, di tempat kerja. Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang
harus dilakukan oleh setiap individu/keluarga/kelompok sangat banyak, dimulai
dari bangun tidur sampai dengan tidur kembali.Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas dasar kesadaran sebagai hasil
pembelajaran yang menjadikan individu/keluarga/kelompok dapat menolong dirinya
sendiri dalam bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan derajat
kesehatan masyarakat.Perilaku Hidup Bersih dan Sehat merupakan salah satu pilar
kesehatan yang menjadi salah satu program deri puskesmas
Gizi masyarakat sebagai suatu bidang
yang membahas segi konsumsi pangan sebagai focus bahasan dengan segala faktor-faktor
yang mempengaruhinya dengan kaitan dengan penyelamat dan perkembangan mutu
hidup manusia.
1.2 Rumusan
Masalah
Adapun
rumusan masalah dari makalah ini yaitu :
1. Apa yang di maksud dengan
PHBS ?
2. Apa
Tujuan PHBS ?
3.
Apa manfaat PHBS ?
4.
Siapa Sasaran
PHBS ?
5.
Bagaimana Indikator dan definisi operasional PHBS ?
6.
Bagaimana penyediaan air bersih ?
7.
Bagaimana
pembuangan kotoran manusia ?
1.3 Tujuan
Adapun Tujuan pembuatan makalah ini
yaitu :
1.
Dapat
mengetahui apa itu PHBS
2.
Dapat mengetahui
Tujuan PHBS
3.
Dapat mengetahui manfaat PHBS
4.
Dapat
mengetahui Siapa Sasaran
PHBS
5.
Dapat mengetahui
Indikator dan definisi operasional PHBS
6.
Dapat mengetahui
bagaimana penyediaan air bersih
7.
Dapat
mengetahui Bagaimana pembuangan kotoran manusia
.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS)
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota
keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan
dapat berperan aktif dalam kegiatan – kegiatan kesehatan dan berperan aktif
dalam kegiatan–kegiatan kesehatan di masyarakat (Depkes RI, 2007). PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk
memberdayakan anggota rumah tangga agar
tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan
aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. PHBS di Rumah Tangga dilakukan
untuk mencapai Rumah Tangga Sehat. Rumah tangga sehat berarti mampu menjaga,
meningkatkan, dan melindungi kesehatan setiap anggota rumah tangga dari
gangguan ancaman penyakit dan lingkungan yang kurang kondusif untuk hidup sehat.
PHBS
merupakan salah satu strategi yang dapat ditempuh untuk menghasilkan
kemandirian di bidang kesehatan baik pada masyarakat maupun pada keluarga,
artinya harus ada komunikasi antara kader dengan keluarga/masyarakat untuk
memberikan informasi dan melakukan pendidikan kesehatan (Depkes RI,2007).
2.2 Tujuan
PHBS
1.
Tujuan
Umum
Meningkatnya
rumah tangga sehat di desa kabupaten/kota di seluruh Indonesia.
2.
Tujuan
Khusus
a.
Meningkatkan
pengetahuan, kemauan dan kemampuan anggota rumah tangga untuk melaksanakan
PHBS.
b.
Berperan
aktif dalam gerakan PHBS di masyarakat
2.3 Manfaat PHBS
1.
Manfaat PHBS bagi rumah tangga:
a.
Setiap rumah tangga meningkatkan kesehatannya dan tidak
mudah sakit.
b.
Anak tumbuh sehat dan cerdas.
c.
Produktivitas kerja anggota keluarga meningkat dengan
meningkatnya kesehatan anggota rumah tangga maka biaya yang dialokasikan untuk
kesehatan dapat dialihkan untuk biaya investasi seperti biaya pendidikan, pemenuhan gizi keluarga dan modal usaha untuk
peningkatan pendapatan keluarga.
2.
Manfaat PHBS bagi masyarakat:
a.
Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan yang sehat.
b.
Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi
masalah-masalah kesehatan.
c.
Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
d.
Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM) seperti posyandu, jaminan pemeliharaan
kesehatan, tabungan bersalin (tabulin), arisan jamban, kelompok pemakai air, ambulans desa dan lain-lain.
2.4 Sasaran
PHBS
Sasaran
PHBS di Rumah Tangga adalah seluruh anggota keluarga yaitu:
1.
Pasangan
Usia Subur
2.
Ibu
Hamil dan Ibu Menyusui
3.
Anak
dan Remaja
4.
Usia
Lanjut
5.
Pengasuh
Anak
2.5 Indikator dan Definisi Operasional PHBS
Pembinaan PHBS di
rumah tangga dilakukan untuk mewujudkan Rumah Tangga Sehat. Rumah Tangga Sehat
adalah rumah tangga yang memenuhi 7 indikator PHBS dan 3 indikator Gaya Hidup
Sehat sebagai berikut: 7 Indikator PHBS di Rumah Tangga:
1.
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah
pertolongan persalinan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
(bidan, dokter, dan tenaga para medis lainnya).
2.
Bayi diberi ASI eksklusif adalah bayi usia 0-6 bulan hanya
diberi ASI saja sejak lahir sampai usia 6 bulan. Jumlah selenium dalam tubuh
sebanyak 3-30 mg, bergantung pada kandungan selenium dalam tanah dan konsumsi
makanan. Konsumsi orang dewasa berkisar antara 20-30 ug,bergantung pada
kandungan tanah.
3.
Penimbangan
bayi dan balita
Penimbangan
balita dimaksudkan untuk memantau pertumbuhan balita setiap bulan dan mengetahui apakah balita
berada pada kondisi gizi kurang atau
gizi buru.
4.
Mencuci
tangan dengan air dan sabun
a.
Air
yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab penyakit. Bila
digunakan, kuman berpindah ke tangan. Pada saat makan, kuman dengan cepat masuk
ke dalam tubuh yang bisa menimbulkan penyakit.
b.
Sabun
dapat mengikat lemak, kotoran dan membunuh kuman. Tanpa sabun, kotoran dan kuman masih tertinggal di tangan.
5.
Menggunakan
air bersih
Air
yang kita pergunakan sehari-hari untuk minum, memasak, mandi,
berkumur,membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur, mencuci pakaian, dan sebagainya haruslah bersih, agar
kita tidak terkena penyakit atau terhindar dari penyakit.
6.
Menggunakan
jamban sehat
Setiap
rumah tangga harus memiliki dan menggunakan jamban leher angsa dan tangki septic atau lubang
penampungan kotoran sebagai penampung akhir.
7.
Rumah
bebas jentik
Adalah
rumah tangga yang setelah dilakukan pemeriksaan jentik berkala tidak terdapat
jentik nyamuk
8.
Indikator
Gaya Hidup Sehat:
a)
Makan
buah dan sayur setiap hari
Adalah
anggota keluarga umur 10 tahun ke atas yang mengkomsumsi minimal 3 porsi buah
dan 2 porsi sayuran atau sebaliknya setiap hari.
b)
Melakukan
aktivitas fisik setiap hari
Adalah
anggota rumah tangga umur 10 tahun ke atas melakukan aktivitas fisik 30 menit
setiap hari.
c)
Tidak
merokok dalam rumah
Anggota
rumah tangga umur 10 tahun ke atas tidak boleh merokok di dalam rumah ketika
berada bersama dengan anggota keluarga yang lainnya.
Dari
ketujuh indikator PHBS di atas yang berhubungan dengan kejadian diare adalah:
Menggunakan air bersih, dan Menggunakan jamban sehat, dan Cuci tangan dengan
air dan sabun.
.
2.6 Penyediaan Air Bersih
1.
Air Dalam Kehidupan
Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan manusia setelah
udara. Sekitar tiga per empat tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorang pun
dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa air minum. Volume air dalam
tubuh manusia rata-rata 65% dari total berat badannya, dan volume tersebut
sangat bervariasi pada
masing-masing orang, bahkan juga bervariasi antara bagian-bagian tubuh seseorang
(Chandra, 2007).
Dalam
kehidupan sehari-hari air dipergunakan untuk memasak, mencuci, mandi, dan
membersihkan kotoran yang ada di sekitar rumah. Air juga digunakan untuk
keperluan industri, pertanian, pemadam kebakaran, tempat rekreasi, tranportasi,
dan lain-lain.
Menurut
perhitungan WHO di negara-negara maju volume rata-rata kebutuhan air setiap
individu per hari antara 60-120 liter dan untuk negara berkembang termasuk
Indonesia setiap orang membutuhkan air antara 30-60 liter per hari. Kebutuhan
air tersebut bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim, standar kehidupan,
dan kebiasaan masyarakat. Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan masyarakat,
penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena
persediaan air yang terbatas memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat.
2.
Sumber-Sumber
Air Bersih
Menurut
Chandra (2007) air yang berada di permukaaan bumi ini dapat berasal dari
berbagai sumber. Berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagi menjadi air
angkasa (hujan), air permukaan, dan air tanah.
1. Air Angkasa (Hujan)
Air angkasa
atau air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Walau pada saat presipitasi merupakan air yang
paling bersih, air tersebut cenderung mengalami pencemaran ketika berada di
atmosfer. Pencemaran yang berlangsung di atmosfer itu dapat disebabkan oleh
partikel debu,mikroorganisme
dan gas, misalnya karbon dioksida, nitrogen, dan amonia.
2. Air Permukaan
Air
permukaan merupakan salah satu sumber penting bahan baku air bersih. Faktor-faktor yamg harus
diperhatikan, antara lain: mutu atau kualitas baku, jumlah atau kuantitasnya, dan
kontinuitasnya. Dibandingkan dengan sumber air lain, air permukaan merupakan
sumber air yang paling tercemar akibat kegiatan manusia, fauna, flora dan
zat-zat lain.Sumber-sumber air permukaan antara lain sungai, selokan, rawa,
parit, bendungan, danau, laut, dan air terjun. Air terjun dapat dipakai untuk
sumber air di kota-kota besar karena air tersebut sebelumnya sudah dibendung
oleh alam dan jatuh secara gravitasi. Air ini tidak tercemar sehingga tidak
membutuhkan purifikasi bakterial. Sumber
air permukaan yang berasal dari sungai, selokan, dan parit mempunyai persamaan,
yaitu airnya mengalir dan dapat menghanyutkan bahan yang tercemar. Sumber air
permukaan yang berasal dari rawa, bendungan dan danau memiliki air yang tidak
mengalir, tersimpan dalam waktu yang lama, dan mengandung sisa-sisa pembusukan
alam, misalnya pembusukan tumbuh-tumbuhan, ganggang, fungi, dan lain-lain. Air
permukaan yang berasal dari air laut mengandung kadar garam yang tinggi sehingga jika akan digunakan
untuk air minum, air tersebut harus
menjalani proses ion-exchange.
3.
Air Tanah
Air tanah
(ground water) berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi yang kemudian mengalami perkolasi atau
penyerapan ke dalam tanah dan mengalami proses fertilisasi secara alamiah.
Proses-proses yang telah dialami air hujan tersebut, di dalam perjalanannya ke
bawah tanah membuat air tanah menjadi lebih baik dan lebih murni dibandingkan
dengan air permukaan. Air tanah memiliki beberapa kelebihan dibandingkan sumber
lain. Pertama, air tanah biasanya bebas dari kuman penyakit dan tidak perlu
mengalami proses purifikasi atau penjernihan. Persediaan air tanah juga cukup
tersedia sepanjang tahun, saat musim kemarau sekalipun. Sementara itu, air
tanah juga memiliki beberapa kerugian atau kelemahan dibanding sumber lainnya.
Air tanah mengandung zat-zat mineral dalam konsentrasi yang tinggi. Kosentrasi
yang tinggi dari zat-zat mineral semacam magnesium, kalsium, dan logam berat
seperti besi dapat menyebabkan kesadahan air. Selain itu, untuk mengisap dan
mengalirkan air ke permukaan diperlukan pompa.
4. Syarat-Syarat Air Bersih
Kelayakan
air dapat diukur secara kualitas dan kuantitas. Kualitas air adalah
sifat air
dan kandungan makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain dalam air yang
mencakup kualitas fisik, kimia dan biologis (Effendi, 2003).
Menurut Kusnaedi (2004), syarat-syarat kualitas air
bersih, antara lain:
1) Syarat Fisik
Persyaratan
fisik untuk air bersih, antara lain: airnya jernih tidak keruh, tidak berwarna,
rasanya tawar, tidak berbau, suhunya normal (20- 260C), tidak mengandung zat
padatan.
2) Syarat Kimia
Kualitas air
tergolong baik bila memenuhi persyaratan kimia, antara lain: pH netral, tidak
mengandung zat kimia beracun, tidak
mengandung garam-garam atau ion-ion logam, kesadahan rendah, tidak
mengandung bahan kimia anorganik.
3) Syarat Biologis
Air tidak
boleh mengandung Coliform. Air yang mengandung golongan Coli dianggap telah
terkontaminasi dengan kotoran manusia (Sutrisno, 2004). Berdasarkan PERMENKES
RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990, persyaratan bakteriologis air bersih adalah
dilihat dari Coliform tinja per 100 ml sampel air dengan kadar maksimum yang
diperbolehkan adalah 50.
5. Hubungan Air dan Kejadian Diare
Air dalam
kehidupan manusia, selain memberikan manfaat yang menguntungkan dapat juga memberikan pengaruh
buruk terhadap kesehatan manusia. Air yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan
merupakan media penularan penyakit.Banyak penelitian yang menjelaskan ada
hubungan air dengan kejadian diare, yaitu:
a) Menurut Sucipto (2003) menyatakan
bahwa ada hubungan antara pemanfaatan sumber
air bersih dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Sinokidul
dengan nilai p = 0,028 (p < 0,05). Hal ini disebabkan karena banyaknya
responden yang memanfaatkan sarana air bersih yang memenuhi persyaratan secara
fisik sehingga diharapkan resiko untuk terjadinya pencemaran oleh bakteri
penyebab diare sangatlah rendah. Namun tidak menutup kemungkinan terjadi
pencemaran air oleh bakteri pada saat pengambilan, pengangkutan maupun
penyimpanan air dan perilaku masyarakat saat memasak air dan memanfaatkan
sarana tersebut.
b) Menurut Budiyono dan Wuryanto (2007)
menyatakan bahwa ada hubungan antara sumber air minum yang digunakan
sehari-hari dengan kejadian diare di Kelurahan Bandarharjo dengan nilai p =
0,032 (p < 0,05). Hal ini disebabkan air yang digunakan berasal dari sumber
yang memenuhi syarat, ditampung dalam drum yang tidak tertutup sampai beberapa
hari sehingga terkontaminasi oleh mikroorganisme pathogen penyebab diare. Dari
eksperimen didapat bahwa rumah tangga yang menggunakan air bersih yang diolah
secara sederhana yaitu dengan flokulasi dan desinfeksi dapat menurunkan
kejadian diare sampai 90%.
c) Menurut Nilton, dkk (2008)
penelitian mereka di Desa Klopo Sepulih menyatakan bahwa responden pengguna air
PDAM kejadian diarenya lebih kecil dibandingkan pengguna air sumur, pada
responden dengan kebiasaan memasak air sebelum diminum angka kejadian diarenya
lebih rendah dibandingkan yang tidak memasak air sebelum diminum sementara bagi
kelompok yang sumber airnya berasal dari sumur kelompok responden yang jarak
sumurnya kurang dari 10 meter dari sumber pencemaran memiliki angka kejadian
diare lebih tinggi
d) Menurut Wijayanti (2009) menyatakan
bahwa ada hubungan antara sumber air minum dengan kejadian diare di daerah
sekitar TPA sampah Bantar Gebang dengan nilai p = 0,046 (p < 0,05), yaitu
sumber air yang berasal dari sumur pompa/bor
kemungkinan wadah penyimpanan air minum yang telah dimasak, peralatan
makanan dan minuman terkontaminasi bakteri pathogen, maupun melalui tangan ibu.
e) Menurut Wulandari (2009) menyatakan
ada hubungan antara sumber air bersih dengan kejadian diare di Desa Blimbing
yaitu dengan nilai p = 0,01 (p <
0,05). Hal ini disebabkan karena masyarakat
lebih banyak menggunakan sumber air
minum tidak terlindung yaitu sumur, sebagai sumber air utama keluarga. Sumber
air minum mempunyai peranan dalam penyebaran beberapa penyakit menular. Sumber
air minum yang tercemar merupakan salah satu sarana sanitasi atau faktor resiko yang berkaitan dengan
kejadian diare. Sebagian kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui
jalur fekal oral yaitu dimasukkan ke dalam mulut, cairan atau benda yang
tercemar dengan tinja. Air yang diperoleh warga dijadikan sebagai air minum,
dan mencuci. Kondisi yang berlangsung secara lama dan berulang-ulang
mengakibatkan kejadian diare pada balita.
Meskipun air minum tersebut ditampung di tempat penampungan air dan
tertutup, tetapi air tersebut masih dapat tercemar oleh tangan ibu yang
menyentuh air saat mengambil air.
6. Menggunakan Air Bersih
Penyakit
diare dapat ditularkan melalui makanan dan air yang tercemar oleh bakteri pathogen. Keluarga dapat mengurangi
resiko diare dengan menggunakan air bersih yang tersedia dan melindunginya dari
kontaminasi baik dari sumbernya maupun di rumah. Sumber air bersih yang
memenuhi syarat adalah paling sedikit jaraknya 10 meter dari sumber pencemar
seperti penampungan air kotor, tempat pembuangan sampah, jamban/kakus.
7. Menurut Depkes RI (2007), kegiatan
yang dapat dilakukan keluarga adalah:
1.) Ambil air dari sumber air yang
bersih
2.) Tempat penampungan air harus selalu
bersih
3.) Wadah penyimpanan air harus tertutup
dan sering dibersihkan
4.) Gayung pengambil air juga harus
bersih
5.) Masaklah air sampai mendidih sebelum
diminum
6.) Gunakan alat-alat minum yang bersih
2.7 Pembuangan
Kotoran Manusia
Jamban atau kakus (latrine) adalah
tempat pembuangan kotoran manusia berupa tinja dan air seni. Yang dimaksud
dengan kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh
tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh Ditinjau dari sudut kesehatan
lingkungan, kotoran manusia merupakan masalah yang sangat penting. Pembuangan
tinja secara layak merupakan kebutuhan kesehatan yang paling diutamakan.
Pembuangan tinja secara tidak baik dan sembarangan dapat mengakibatkan
kontaminasi pada air, tanah, atau menjadi sumber infeksi, dan akan mendatangkan
bahaya bagi kesehatan, karena penyakit yang tergolong waterborne disease akan
mudah berjangkit. Yang termasuk waterborne disease adalah tifoid, paratifoid,
disentri, diare, kolera, penyakit cacing, hepatitis viral dan sebagainya. Di
negara berkembang, masih banyak terjadi pembuangan tinja secara
sembarangan
akibat tingkat sosial ekononi yang rendah, pengetahuan di bidang kesehatan
lingkungan yang kurang, dan kebiasaan buruk dalam pembuangan tinja
yang
diturunkan dari generasi ke generasi.
1.
Pengelolaan
Pembuangan Kotoran Manusia
Untuk mencegah sekurang-kurangnya mengurangi
kontaminasi tinja terhadap
lingkungan,
maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik, pembuangan kotoran
harus di suatu tempat tertentu atau jamban yang sehat.
Menurut
Notoatmodjo (2007), suatu jamban disebut sehat apabila memenuhi
persyaratan-persyaratan sebagai berikut:
1.
Tidak
mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban tersebut
2.
Tidak
mengotori air permukaan di sekitarnya
3.
Tidak
mengotori air tanah di sekitarnya
4.
Tidak
dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa, dan binatang-binatang
lainnya.
5.
Tidak
menimbulkan bau
6.
Mudah
digunakan dan dipelihara
7.
Sederhana
desainnya
8.
Murah
9.
Dapat
diterima oleh pemakainya
Menurut Soeparman (2002), jamban sehat
juga harus mempertimbangkan pada pemenuhan berbagai keiinginan berikut:
a.
Sedapat
mungkin pembuangan tinja dilakukan orang dengan tenang tanpa terganggu
privasinya.
b.
Sedapat
mungkin pembuangan tinja dilakukan dengan nyaman (comfort) dalam posisi dan
suasana yang disukainya.
c.
Sedapat
mungkin pembuangan tinja dapat dilakukan oleh orang yang sedang menderita
penyakit saluran pencernaan dengan tidak menimbulkan risiko bahaya penularan
bagi orang lain.
d.
Sedapat
mungkin pembuangan tinja dapat dilakukan
orang dengan semaksimal mungkin memperoleh manfaat dari tinja yang
dibuang, yang dapat diproses menjadi kompos atau bio gas.
e.
Sedapat
mungkin pembuangan tinja dapat dilakukan orang di berbagai daerah dengan teknik
yang sesuai dengan kondisi setempat.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat) merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran
sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat
menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan
masyarakat.Puskesmas memiliki program kerja di bidang PHBS yang mencakup lima
sub bidang, yaitu bidang gizi,bidang kesehatan lingkungan, bidang KIA dan
bidang keluarga berencana.
3.2 SARAN
Sebagai
warga masyarakat yang baik hendaknya kita lebih memperhatikan lagi perilaku
hidup bersih dan sehat kita baik di lingkungan tempat kita tinggal atau
lingkungan kita berada. Karena dengan kesadaran diri sendiri
dapat memberikan dampak yang positif bagi kesehatan diri sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.2013. Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS). Surakarta : Fakultas Kedokteran UNS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar