Rabu, 23 November 2016

Kesehatan Dan Keselamatan Kerja



                                                  BAB I
PENDAHULUAN
1.1     Latar Belakang
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan sarana untuk menuju derajat kesehatan tenaga kerja dan produktivitas kerja yang setinggi-tinginya, dapat dicapai melalui upaya meningkatkan promosi kesehatan kerja dan pencegahan penyakit akibat kerja, pemenuhan gizi tenaga kerja,peningkatan efisiensi dan gaya produktifitas, pengurangan kelelahan kerja serta peningkatan gairah dan kepuasan kerja. Permasalahan dalam kesehatan dan keselamatan kerja sampai saat ini masih berkisar pada kelelahan kerja, penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja serta produktivitas kerja yang menurun. Penanganan semua hal tersebut memerlukan upaya seluruh pihak terkait baik pemerintah maupun swasta.
Upaya kesehatan kerja pada dasarnya merupakan penyerasian kapasitas kerja dan lingkungan kerja. Keserasian antara dua hal tersebut sangat dibutuhkan agar terpenuhi persyaratan kesehatan pekerja baik fisik maupun psikis sesuai dengan jenis pekerjaannya, persyaratan bahan baku, peralatan dan proses kerja serta persyaratan tempat atau lingkungan kerja.
Kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja atau penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan tidak saja menimbulkan kerugian jiwa dan material, namun juga menganggu proses produksi, lingkungan serta  masyarakat. Oleh karena itu di setiap tempat kerja perlu melakasanakan program kesehatan dan keselamatan kerja.
Kesehatan dan keselamatan kerja menjadi hal yang makin penting dari waktu ke waktu, sebab international labor Organization (ILO) menyatakan, bahwa setiap tahun terjadi 1,1 juta kematian yang disebabkan oleh penyakit atau kecelakaan yang berhubungan dengan pekerjaan. Sekitar 300.000 kematian terjadi 250 juta kecelakaan dan sisanya adalah kematian karena penyakit akibat berhubungan dengan pekerjaan, diperkirakan terjadi 160 juta penyakit akibat hubungan kerja yang baru setiap tahunnya. Data ILO menyebutkan, bahwa kematian terbanyak pada tenaga kerja disebabkan oleh kanker akibat kerja sekitar 34%, kemudian diikuti ketulian, gangguan musculoskeletal,gangguan reproduksi dan masalah kejiwaan. Menurut World Health Organization (WHO). Hanya sekitar 5-10% pekerja di Negara bekembang dan 20-50% pekerja di Negara industry mendapatkan pelayanan kesehatan kerja yang memadai, untuk itu perlu adanya perhatian dari semua pihak terhadap kejadian ini.
Terdapat tiga factor yang mempengaruhi kesehatan kerja yaitu : factor manusia atau pekerja,factor lingkungan kerja dan fasilitas pelayanan kesehatan. Factor manusia terdiri atas umur,jenis kelamin, pendidikan, status gizi, status kesehatan, kondisi mental dan semangat kerja. Factor linngkungan kerja dapat dibagi atas faktor fisik, faktor kimiawi, faktor biologi dan ergonomi. Faktor fisik termasuk didalamnya adalah kebisingan,getaran, tekanan suhu tinggi, suhu rendah. Faktor kimia antara lain dalam bentuk debu, uap, serat-serat, cairan, gas dan kabut. Faktor biologi yaitu bakteri, virus, jamur dan serangga. Faktor ergonomi mencakup sikap dan cara kerja yang baik, beban kerja yang tidak adekuat, menotoni pekerjaan, jam kerja yang tidak sesuai, pekerjaan yang reperatitif, penerangan yang tidak memadai serta kegelisahan kerja. Fasilitas pelayanan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) di tempat kerja, meliputi ketersediaan tenaga pemberi layanan (dokter,perawat dan ahli K3) yang memiliki keahlian dan keterampilan yang sesuai, program pencegahan penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja, serta sarana/prasarana pendukung yang berperan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada para pekerja.
Kondisi lingkungan kerja dan nyaman memberikan beban kerja tambahan bagi pekerja. Hal ini menimbulkan dampak pada kesehatan diri pekerja atau munculnya kelelahan kerja dan berbagai penyakit akibat kerja, sehingga dapat berpengaruh pada menurunnya produktivitas kerja.

1.2     Rumusan Masalah
Adapun  rumusan masalah dari makalah ini yaitu :
1.      Apa yang di maksud dengan kelelahan kerja?
2.      Bagaimana Fisiologi Kelelahan kerja ?
3.      Ada berapa saja jenis kelelaha kerja ?
4.      Seperti apa faktor-faktor penyebab kelelahan kerja ?
5.      Bagaimana gejalah kelelahan kerja ?
6.      Bagaimana pengukuran kelelahan kerja ?
7.      Bagaimana Pencegahan dan pengendalian kelelahan kerja ?

1.3      Tujuan
Adapun Tujuan pembuatan makalah ini yaitu :
1.    Dapat mengetahui apa itu kelelahan kerja.
2.    Dapat mengetahui apa itu Fisiologi kelelahan kerja.
3.    Dapat mengetahui apa-apa saja jenis kelelaha kerja.
4.    Dapat mengetahui faktor-faktor penyebab kelelahan kerja.
5.    Dapat mengetahui  gejalah kelelahan kerja.
6.    Dapat mengetahui bagaimana pengukuran kelelahan kerja.
7.    Dapat mengetahui bagaimana Pencegahan dan pengendalian kelelahan kerja.

                                                                                    












BAB II
PEMBAHASAN
2.1         Kelelahan Akibat Kerja
Kelelahan (fatigue) adalah suatu kondisi melemahnya tenaga atau efisiensi seseorang untuk melakukan suatu kegiatan. Menurut Suma’mur, kelelahan merupakan batasan kemampuan otot dan sistem pernafasan untuk bekerja yang  disebabkan  karena kondisi menonton, lama kerja, keadaan lingkungan (tekanan panas, bising, getaran, penerangan), keadaan kejiwaan, penyakit, dan keadaan gizi. sedangkan menurut Grandjean (1998) dan setyawati (1994) menyatakan bahwa kelelahan kerja ditandai dengan adanya penurunan kesiagaan dan timbulnya perasaan lelah yang merupakan gejala subjektif. kondisi kelalahan kerja ini dapat menyebabkan turunnya kinerja, menambah tingkat kesalahan dan kecelakaan kerja.
kelelahan kerja dalam suatu industri menurut Barnes dikaitkan dengan adanya 3 aspek yang saling berhubungan, yaitu perasaan kelelahan, perubahan fisiologis pada tubuh yang menyebabkan saraf dan otot gagal bekerja karena adanya perubahan unsur kimiawi tubuh sesudah bekerja, dan lingkungan kerja. Dimana persaan kelelahan kerja merupakan perasaan yang tidak menyenangkan yang dialami oleh tenaga kerja dan merupakan aspek psikososial yang sangat berpengaruh terhadap terjadinya kelelahan kerja.
Jika disimpulkan, maka kelelahan kerja dapat diartikan sebagai penurunan kesiagaan dan timbulnya perasaan lelah pada diri seseorang akibat kondisi monoton, beban dan lama kerja baik fisi, mental, dan keadaan lingkungan (tekanan panas,bising, getaran, penerangan), keadaan kejiwaan, penyakit, serta keadaan gizi.
2.2         Fisiologi Kelelahan Kerja
Secara fisiologis kelelahan kerja dipengaruhi oleh akumulasi asam laktat pada sistem otot yang dapat menebabkan penuerunan kerja otot, dan faktor saraf tepi dan sentral. Pada saat otot berkontraksi, glikogen diubah menjadi asam laktat sehingga dapat menghambat kontinuitas kerja otot sehingga menimbulkan kelelahan. Dan pada stadium pemulihan terjadi proses perubahan asam laktat menjadi glikoge kembali, sehingga otot dapat berfungsi normal. kerja otot tersebut dipengaruhi oleh adanya ketersediaan oksigen. kelelahan otot terjadi karena adanya kekurangan oksigen dan adanya penimbunan hasil metabolis otot yang tidak masuk kedalam aliran darah.
Kelelahan juga diatur secara sentral oleh otak. Pada susunan saraf pusat ini terdapat sistem aktivasi (penggerak) dan inhibisi (penghambat). sisten aktivasi bersifat simpatis yang merangsang syarat untuk bekerja. sedangkan inhibisi bersifat para simpatis, yang mengahambat kemampuan seseorang untuk bereaksi. Agar tenaga kerja berada dalam keserasian, maka kedua sistem ini harus berada pada kondisi yang memberikan stabilitas kepada tubuh. Menurut Grandjean,jika prngaruh sistem akitivasi lebih kuat maka tubuh berada dalam keadaan siaga untuk menjawab setiap stimulus. Sedangkan bila pengaruh sisten inhibisi lebih kuat atau sistem aktivasi lebih rendah, maka tubuh akan mengalami penuerunan kesiagaan untuk bereaksi terhadap suatu rangsang, dan berarti terjadi kelelahan.

2.3         Jenis Kelelahan Kerja
Kelelahan dapat dibedakan berdasarkan proses pada otot, waktu terjadinya kelelahan dan penyebab terjadinya kelelahan.
1.      Kelelahan berdasarkan proses dalam otot tot (Muscular Fatigue)
a)      Kelelahan otot, yaitu menurunnya kinerja yang disebabkan karena adanya ketegangan otot pada daerah sekitar sendi. Fenomena berkurangnya kinerja otot setelah terjadinya tekanan melalui fisik untuk waktu tertentu inilah yang disebut kelelahan otot secara fisiologis. Gejala yang ditunjukkan tidak hanya berkurangnya tekanan fisik, namun juga ditunjukkan dengan melemahnya kemampuan dan gerakan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya, sehingga menimbulkan kesalahan dan akibat yang fatal yaitu menimbulkan terjadinya kecelakaan.
b)      Aspek Kelelahan Umum (General Fatigue)
Kelelahan umum adalah suatu perasaan yang menyebar yang disertai dengan adanya penurunan kesiagaan dan kelambanan gerak ketika melakukan aktivitas. Gejala utama kelelahan umum adalah suatu perasaan letih yang luar biasa. Semua aktivitas menjadi terganggu dan terhambat karena tidak adanya gairah untuk bekerja baik secara fisik maupun psikis, segalanya terasa berat dan mengantuk.
2.      Berdasarkan waktu terjadinya kelelahan
a)      Kelelahan akut (mendadak) terutama disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh tubuh secara berlebihan.
b)      Kelelahan kronis (berlangsung lama) terjadi bila kelelahan berlangsung setiap hari, berkepanjangan dan bahkan kadang-kadang telah terjadi sebelum memulai suatu pekerjaan. Kelelahan kronis terjadi karena adanya :
·         Faktor kerja fisik, baik di kantor, perusahaan, dan lapangan sehingga terjadi akumulasi substansi toksin (asam laktat).
·         Faktor penyakit sehingga menyebabkan cepat lelah.
·         Faktor psikologis, misalnya konflik yang mengakibatkan stres emosional yang berkepanjangan dan ditandai dengan menurunnya prestasi kerja, rasa lelah dan kinerja yang berhubungan dengan faktor psikososial.
Pertimbangan lain yang menyebabkan terjadinya kelelahan kronis adalah beban kerja yang melampaui batas, alat kerja yang tidak ergonomis, kondisi lingkungan kerja yang tidak sehat, dan kemampuan adaptasi individu terhadap lingkungan dan pekerjaannya.
3.      Berdasarkan penyebabnya
a)      kelelahan fisiologis, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh faktor fisik di tempat kerja antara lain oleh suhu, kebisingan, getaran, dan pencahayaan.
b)      Kelelahan Psikologis, yaitu kelelahan yang disebabkan faktor psikologis antara lain pekerjaan yang monoton (kebosanan sebagai gejala subjektif yang disebabkan oleh pekerjaan), bekerja karena terpaksa, pekerjaan yang menumpuk, dan lain-lain.

2.4         Faktor-Faktor Penyebab Kelelahan Kerja
Terjadinya kelelahan dapat disebabkan beberapa hal seperti keadaan monoton, beban dan lama pekerjaan baik fisik, mental, keadaan lingkungan (cuaca kerja, bising, vibrasi, penerangan), keadaan kejiwaan (pengetahuan, tanggung jawab, kekhawatiran atau konflik), serta penyakit, perasaan sakit dan keadaan gizi. Kelelahan kerja dapat pula dipengaruhi oleh banyak hal dan tersedianya kondisi kerja yang aman dan peralatan yang memadai.
Grandjien juga menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kelelahan kerja dapat diakibatkan oleh sejumlah faktor antara lain seperti ;
(1)   Intensitas dan lamanya pengaruh fisik dan psikis;
(2)   Masalah psikis atau stres : tanggung jawab, kecemasan, konflik,
(3)   Masalah lingkungan kerja : kebisingan, penerangan, getaran dan suhu;
(4)   Nyeri dan penyakit lainnya;
(5)   Irama detak jantung; dan
(6)   Gizi / nutrisi.
Terjadinya kelelahan ini juga dipengaruhi jenis pekerjaan yang dilakukan, lama dan frekuensi pekerjaan, serta waktu istirahat dalam bekerja.


2.5         Gejala Kelelahan Kerja
Gejala kelelahan kerja merupakan gejala yang jelas dapat dilihat dan dirasakan yaitu menurunnya perhatian, lamban dan gangguan persepsi, pikiran lemah, motivasi menurun, kinerja menurun, ketelitian menurun dan kesalahan meningkat. Gejala umum yang sering menyertai kelelahan ini adalah sakit kepala, vertigo, gangguan pencernaan dan tidak dapat tidur. Kelelahan selain dapat mempengaruhi tingkat produktivitas dapat juga mempengaruhi kondisi kesehatan fisik seorang tenaga kerja. Kelelahan juga merupakan salah satu penyebab timbulnya kecelakaan kerja.

2.6         Pengukuran Kelelahan Kerja
Metode yang digunakan untuk melakukan pengukuran kelelahan kerja yang spesifik dewasa ini masih belum ada, karena efek yang ditimbulkan dari kelelahan masih beragam, namun beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengukur kelelahan adalah sebagai berikut :
a.       Waktu reaksi (Reaction Time)
      Waktu reaksi adalah waktu yang terjadi antara pemberian rangsang tunggal yang berupa cahaya atau suara, sampai timbulnya respon terhadap rangsang tersebut. Waktu reaksi merupakan interval selama implus syaraf dihantarkan ke otak dan kemudian diteruskn ke otot.
        Pada keadaan kelelahan, secara neurofisiologis cortex cerebri mengalami penurunan aktivitas yang mengakibatkan terjadinya perubahan pengaruh pada sistem aktivasi dan sistem inhibisi, sehingga tubuh tidak dapat cepat menjawab signal-signal dari luar termasuk rangsang cahaya dan suara.
        Alat yang digunakan untuk mengetahui tingkat kelelahan kerja dengan mengukur waktu reaksi adalah dengan menggunakan reaction timer (L-77 Lakassidaya)
b.      Perasaan Kelelahan kerja
      Perasaan kelelahan kerja adalah perasaan yang dialami oleh pekerja yang disebabkan karena terjadinya kelelahan. Perasaan kelelahan ini ditandai dengan rasa nyeri pada otot, ketegangan otot, kekacauan mental, kebosanan, dan menurunnya atensi kerja. Untuk mengetahui perasaan kelelahan pada pekerja maka digunakan Kuesioner Alat Pengukur Kelelahan Kerja (KAUPK2). Kuesioner Alat Pengukur Kelelahan Kerja (KAUPK2) merupakan instrumen yang berjumlah tujuh belas item pertanyaan yang terdiri dari 3 aspek keluhan subjektif yang diderita oleh tenaga kerja yang mengalami kelelahan, yaitu aspek pelemahan aktivitas sebanyak 7 butir,  aspek pelemahan motivasi sebanyak 3 butir, dan aspek gejala fisk sebanyak 7 butir.

c.       Tingkat Kelelahan Kerja
Distribusi tingkat kelelahan kerja pada pekerja lapangan bagian produksi PT.Resources Bolaang Mongondow.
Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan
Tingkat Kelelahan Kerja

Kategori Kelelahan
n
%
Sedang
68
46,9

Ringan
77
53,1

Total
145
100
Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada tabel 1, sebagian besar pekerja lapangan bagian produksi PT. J Resources Bolaang Mongondow mengalami kelelahan ringan yaitu sebanyak 77 responden (53,1%), dan pekerja yang mengalami kelelahan sedang sebanyak 68 responden (46,9%).
Tingkat kelelahan dapat diukur dengan menggunakan beberapa metode salah satunya adalah waktu reaksi (Suma’mur,1996). Menurut Setyawati (2010), waktu reaksi adalah waktu yang terjadi antara pemberian rangsang tunggal sampai timbulnya respons terhadap rangsang tersebut. Dalam penelitian ini digunakan rangsang cahaya, dikarenakan lokasi pengukuran di lapangan yang “ribut” sehingga dapat mengakibatkan gangguan dalam proses pengukuran bila menggunakan rangsang suara. Menurut Setyawati (2010), pengukuran waktu reaksi dengan rangsang cahaya atau rangsang suara dilakukan sesuai kebutuhan pihak pemerikasa. Kelelahan kerja dalam penelitian ini dikategorikan menjadi normal, kelelahan ringan, kelelahan sedang dan kelelahan berat. Parameter waktu reaksi dipergunakan untuk pengukuran kelelahan kerja, waktu reaksi ini dipengaruhi oleh faktor rangsangnya sendiri baik intensitas maupun kompleksitas rangsangangnya, dan juga dipengaruhi oleh motivasi kerja, jenis kelamin, usia, kesempatan, serta anggota tubuh yang dipergunakan.
Hasil penelitian dari 145 responden yang diukur, sebagian besar responden pekerja lapangan bagian produksi PT. J Resources Bolaang Mongondow mengalami kelelahan tingkat ringan dengan persentase 53,1%, dan sisanya 46,9% mengalami kelelahan tingkat sedang. Untuk tindakan perbaikan klasifikasi tingkat kelelahan ringan dan sedang, masih dapat ditoleransi yaitu dengan memberikan waktu istirahat yang cukup, apabila mengalami kelelahan.
faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap terjadinya kelelahan kerja bermacam-macam, mulai dari factor lingkungan yang tidak memadai untuk pekerja sampai kepada masalah psikososial yang dapat berpengaruh terhadap terjadinya kelelahan kerja. Lingkungan kerja yang nyaman dan ventilasi udara yang adekuat, didukung oleh tidak adanya kebisingan akan mengurangi kelelahan kerja. Lama dan ketepatan waktu beristirahat sangat berperan dalam mempengaruhi terjadinya kelelahan kerja. Kesehatan pekerja yang selalu di monitor dengan baik, dan pemberian gizi yang sempurna dapat menurunkan kelelahan kerja. Beban kerja yang diberikan pada pekerja perlu disesuaikan dengan kemampuan psikis dan fisik pekerja bersangkutan. Pencegahan kelelahan kerja ini terutama ditujukan kepada upaya menekan faktor-faktor yang berpengaruh secara negative pada kelelahan kerja dan meningkatkan faktor-faktor yang berpengaruh secara positif. Faktor-faktor yang berpengaruh secara negatif yang perlu ditekankan misalnya ada stres kronis dan stress akut, yaitu dengan tidak menciptakan atau menghindarkan stress buatan manusia. Memilih usia-usia yang berpeluang baik dalam mengendalikan kelelahan kerja. Pemilihan pekerja yang memiliki semangat kerja yang tinggi, pendidikan yang memadai sesuai jenis pekerjaannya, Setyawati (2010).

2.7         Pencegahan dan Pengendalian Kelelahan Kerja
Beberapa hal yang patut mendapat perhatian dalam melakukan pencegahan dan pengendalian kelelahan adalah dengan menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan aman (pengaturan udara yang memadai, penerangan yang cukup, tidak bising, dll.); pengaturan waktu kerja yang diselingi waktu istirahat; monitoring kesehatan dan gizi pekerja; dan pembinaan mental pekerja. Untuk mencegah dan mengendalikan kelelahan, dapat dilakukan berbagai cara yaitu sebagai berikut :
a.       Memperkenalkan perubahan rancangan produk
b.      Merubah metode kerja secara efesien dan efektif
c.       menerapkan penggunaan peralatan dan piranti kerja yang memenuhi syarat ergonomi.
d.      Pengaturan waktu kerja dan wkatu istirahat.
e.       Menciptakan lingkungan kerja yang sehat, nyaman dan aman bagi pekerja.
f.       Melakukan pengujian dan evaluasi kinerja pekerja secara periodik untuk mendeteksi indikasi kelelahan secara lebih dini, dan
g.      Menerapkan sasaran produktivitas kerja berdasarkan pendekatan manusiawai dan fleksibilitas yang tinggi.
h.      Kebutuhan kalori seimbang
Jadi dalam pencegahan dan pengendalian kelelahan kerja, perlu melibatkan pihak manajemen perusahaan dengan cara meningkatakan keserasian individu dengan pekerjaannya, pengaturan waktu kerja dan istirahat; Menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat dan nyaman, dan peningkatan kesehatan para pekerja.

BAB III
                                                     PENUTUP
3.1    KESIMPULAN
          Kelelahan kerja merupakan bagian dari permasalahan umum yang sering dijumpai pada tenaga kerja. Menurut beberapa peneliti, kelelahan secara nyata dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja dan dapat menurunkan produktivitas. Data dari ILO menyebutkan bahwa setiap tahun sebanyak dua juta pekerja meninggal dunia karena kecelakaan kerja yang disebabkan oleh faktor kelelahan. Penelitian tersebut menyatakan dari 58115 sampel, 32,8% diantaranya atau sekitar 18828 sampel menderita kelelahan.
                 Menurut Depnakertrans, data mengenai kecelakaan kerja pada tahun 2004, di Indonesia setiap hari rata-rata terjadi 414 kecelakaan kerja, 27,8% disebabkan kelelahan yang cukup tinggi, lebih kurang 9,5% atau 39 orang mengalami cacat. Tingkat kelelahan akibat kerja yang dialami pekerja dapat menyebabkan ketidaknyamanan, gangguan dan mengurangi kepuasan serta penurunan produktivitas yang ditunjukkan dengan berkurangnya kecepatan performansi, menurunnya mutu produk, hilangnya orisinalitas, meningkatnya kesalahan dan kerusakan, kecelakaan yang sering terjadi, kendornya perhatian dan ketidaktepatan dalam melaksanakan pekerjaan.
          Kelelahan kerja dapat terjadi akibat dari faktor lingkungan kerja, faktor individu dan faktor pekerjaannya. Masalah yang berkaitan dengan kelelahan kerja tersebut banyak dijumpai pada industri konveksi kecil dan menengah, dimana pekerjanya bekerja dengan gerakan yang sama dan berulang dalam waktu lama.
3.2     SARAN
          Untuk mengatasi kelelahan kerja maka diharapkan bagi manajemen agar tetap mempertahankan aturan-aturan dalam jam kerja, waktu istirahat dan pengaturan cuti sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam perusahaan.
         Tetap mengupayakan pengendalian faktor fisik seperti kebisingan, tekanan panas, ventilasi udara ruang kerja dan penerangan serta pencahayaan di tempat tugas dengan menggunakan standar yang bukan Nilai Ambang Batas (NAB) melainkan standar yang lebih memberikan kesejukan bahkan kenyamanan kepada faktor manusia dalam melakukan pekerjaannya.


DAFTAR PUSTAKA
Kawatu, P. KESEHATAN KESELAMATAN KERJA.Manado:FKM UNSRAT
                                            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar