Selasa, 22 November 2016

Perencanaan Kesehatan Untuk Penyakit Demam Berdarah Dengue



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Penyakit Demam Berdarah Dengue atau yang lebih dikenal dengan singkatan DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan merupakan vector borne disease atau ditularkan melalui vektor, yaitu nyamuk Aedes aegypti. Penyakit DBD merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia karena tersebar di sebagian besar wilayah Indonesia sebagai daerah endemis dan sering menimbulkan letusan Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan kematian yang tinggi.
Penyakit DBD pertama kali di Indonesia ditemukan di Surabaya pada tahun 1958, akan tetapi konfirmasi virologis baru didapat pada tahun 1972. Sejak itu penyakit tersebut menyebar ke berbagai daerah, sehingga sampai tahun 1980 seluruh propinsi di Indonesia kecuali Timor-Timor telah terjangkit penyakit. Sejak pertama kali ditemukan, jumlah kasus menunjukkan kecenderungan meningkat baik dalam jumlah maupun luas wilayah yang terjangkit dan secara sporadis selalu terjadi KLB setiap tahun.
Demam Berdarah banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita Demam Berdarah di tiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak tahun 1958 hingga tahun 2009.  World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus Demam Berdarah tertinggi di Asia Tenggara. Dari jumlah keseluruhan kasus tersebut, sekitar 95% terjadi pada anak di bawah 15 tahun).
 Penyakit Demam Berdarah Dengue telah menyebar secara luas ke seluruh kawasan dengan jumlah kabupaten/kota terjangkit semakin meningkat hingga ke wilayah pedalaman. Penyakit ini sering muncul sebagai KLB sehingga angka kesakitan dan kematian yang terjadi dianggap merupakan gambaran penyakit di masyarakat. Maka dari itu dalam makalah ini akan dijelaskan tentang Perencanaan Program Kesehatan untuk mengatasi masalah Deman Berdarah Dengue (DBD)

1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Identifikasi Masalah Perencanaan Kesehatan DBD ?
2.      Apa Prioritas Masalah Perencanaan Kesehatan DBD ?
3.      Apa Tujuan dari Perencanaan Kesehatan DBD ?
4.      Bagaiamana Rencana Kegiatan Perencanaan Kesehatan DBD ?
5.      Siapa Sasaran Kegiatan Perencanaan Kesehatan DBD ?
6.      Kapan Waktu Pelaksanaan Perencanaan Kesehatan DBD ?
7.      Bagaimana Struktur Organisasi  Perencanaan Kesehatan DBD ?
8.      Bagaimana Rencana Anggaran Perencanaan Kesehatan DBD ?
9.      Bagaimana Rencana Evaluasi Perencanaan Kesehatan DBD ?

1.3  Tujuan Penulisan i
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk membuat suatu program perencanaan kesehatan Demam Berdarah Dengue berdasarkan metode problem solving










BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Identifikasi Masalah Kesehatan
I.    Latar Belakang
Penyakit Demam berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah umum kesehatan masyarakat di Indonesia, sejak tahun 1986 jumlah kasusnya cenderung meningkat dan penyebarannya bertambah luas. Keadaan ini erat kaitannya dengan peningkatan mobilitas penduduk sejalan dengan semakin lancarnya hubungan transportasi serta tersebar luasnya virus Dengue dan nyamuk penularnya di berbagai wilayah Indonesia (Depkes RI, 2005). Penyskit ini yrtmsduk dslsh dsyu prnyskit menular yang dapat menimbulkan wabah, maka sesuai Undang – Undang No.4 Tahun 1984 tentang wabah penyakit menular serta Peraturan Menteri Kesehatan No.560 tahun 1989, setiap penderita termasuk tersangka DBD harus segera dilaporkan selambat – lambatnya dalam jangka waktu 24 jam oleh unit pelayanan kesehatan (rumah sakit, puskesmas, poliklinik, balai pengobatan, dokter praktik swasta dan lain – lain) (Depkes RI, 2005).
Demam Berdarah Dengue (DBD) ditandai dengan demam mendadak, perdarahan di kulit maupun di bagian tubuh lainnya , dapat menimbulkan syok atau renjatan, dan kematian. Penyakit ini telah menimbulkan berbagai keresahan warga karean kasus DBD meningkat setiap tahunnya. DBD disebabkan oleh virus dengue ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti yang hidup di tempat – tempat yang etrdapat genangan air yang tidak beralaskan tanah, serta tempat sampah rumah tangga termasuk ban bekas, kaleng bekas, bekas wadah air mineral dan tatakan vas bunga. Selain merugiakn bagi kesehatan, DBD dapat mengakibatkan kerugian secara finansial dikarenakan besarnya biaya pengobatan yang harus dikeluarkan unutk kesembuhan dari penyakit tersebut (Depkes RI, 2007)
Penyakit DBD sampai saat ini masih merupakan masalah  kesehatan masyarakat di Provinsi Riau yang memerlukan perhatian serius dari semua pihak, mengingat penyakit ini sangat potensial untuk terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) dan merupakan ancaman bagi masyarakat luas. Jumlah kasus DBD Provinsi Riau tahun 2011 dilaporkan sebanyak 2.951 kasus dengan angka kesakitan/Incidence Rate (IR) = 51,5 per 100.000 penduduk dan jumlah kematian sebanyak 65 orang.
Dengan angka kematian tertinggi akibat DBD adalah dari  Kabupaten Pelalawan (4,4%/dari 136 kasus, 6 orang meninggal), Kabupaten Kampar (4,3%/dari 385 kasus 12 orang meninggal), diikuti Kabupaten Indragiri Hulu (3,6%/dari 194 kasus 7 orang meninggal), Kabupaten Rokan Hilir (3,1% 25 kasus, 1 orang meninggal) dan yang terendah adalah Kabupaten Siak (0,8%/dari 246 kasus 2 orang meninggal) dan Kabupaten Kepulauan Meranti (0,8%/dari 129 kasus 1 orang meninggal).
Pada tahun 2011 terjadi peningkatan angka kesakitan di seluruh Kabupaten/Kota Provinsi Riau jika dibandingkan dengan tahun 2010. Tujuh Kabupaten/kota diantaranya menyatakan KLB DBD yaitu Kabupaten Kampar, Kota Pekanbaru, Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Indragiri Hulu, Kabupaten Rokan Hilir, dan Kabupaten Kuansing. Angka kesakitan secara Provinsi dari tahun 2010 (18,1 per 100.000 penduduk) ke tahun 2011(51,5 per 100.000 penduduk) meningkat dengan sangat signifikan, yaitu lebih dari 100%.
Daerah penyumbang angka kesakitan penyakit DBD ini yaitu di wilayah Kabupaten Kampar, dimana jumlah kasus pada tahun 2010 sebanyak 80 kasus, sedangkan di tahun 2011 mencapai 163 kasus dengan 12 kasus meninggal dunia. Salah 1 wilayah yang mempunyai angka kesakitan yang tinggi di wilayah Kabupaten Kampar yaitu di Kecamatan Siak Hulu, tepatnya di desa Buluh Nipis dengan angka kesakitan sebesar 25% dari seluruh wilayah Kabupaten Kampar.



2.2  Prioritas Masalah Kesehatan
Berdasarkan data yang lengkap dikumpulkan dan dilakukan analisa, maka cara yang digunakan untuk menentukan prioritas masalah adalah dengan melakukan dengan melakukan penilaian. Nilai skor antara 1 (tidak penting) sampai 5 (sangat penting) untuk setiap kriteria yang sesuai. Variabel yang digunakan antara lain yang berdasarkan besarnya masalah/Prevalence (P), beratnya masalah/Severity (S), kenaikan besarnya masalah/Rate of Increase (RI), derajat keinginan masyarakat yang tidak terpenuhi/Degree of Unmet Need (DU), keuntungan yang diperoleh masyarakat atas terselesaikannya masalah/Social Benefit (SB), kepedulian masyarakat/Public Concern (PB), sumber daya manusia yang tersedia/Resources Availability (R), dan teknologi yang memungkinkan untuk membantu pelaksanaan program/Technical Feasibility (T). Adapun masalah yang terindetifikasi adalah diare, hepatitis, DBD dan ISPA.
Tabel 1. Penetapan Prioritas Masalah Berdasarkan Penilaian Berat Ringannya Masalah
No
PARAMETER
MASALAH


Diare
Hepatitis
DBD
ISPA
1
Prevalence
5
4
5
5
2
Severity
4
4
5
3
3
Rate of increase
3
3
3
5
4
Degree of unmet neet
4
4
5
3
5
Social Benefit
5
4
5
3
6
Public Concern
3
3
5
3
7
Tehnical Feasibility
5
3
4
1
8
Resources Availability
5
3
5
2

JUMLAH
34
28
37
25

PERINGKAT
2
3
1
4

Dari tabel diatas bisa kita lihat bahwa penyakit DBD adalah penyakit yang menjadi prioritas masalah kesehatan di kabupaten Kampar.

2.3  Tujuan
a.       Tujuan Umum
                  Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi masyarakat sehingga terhindar dari penyakit DBD melalui terciptanya masyarakat yang hidup dari perilaku dn lingkungan yang sehat dan terbebas dari penyakit DBD serta memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu dan merata.
b.      Tujuan Khusus
- Pengubahan pola perilaku yang tidak bersih dan tidak sehat
- Penerapan perilaku 3M (Menguras, Menutup, Mengubur)
- Peningkatan pengetahuan akan penyakit Demam Berdarah Dengue   
   (DBD)
- Meningkatkan peran serta masyarakat (PSM) dalam pemberantasan
   nyamuk (PSN)

2.4  Rencana Kegiatan
Kegiatan program pemberantasan penyakit DBD meliputi:
1.      Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan dan pelaporan adalah salah satu elemen yang sangat penting dalam system penanggulangan DBD yang telah dilaksanakan. Kegiatan ini bertujuan untuk mencatata, menilai dan melaporkan hasil kegiatan penanggulangan DBD yang telah dicapai. Pencatatan dan pelaporan dilakukan berdasarkan klasifikasi dan tipe penderita. Semua unit pelaksana harus melakukan sitem dan pencatatan yang baku. Pencatatan dan pelaporan dilakukan berjenjang dalam kurun waktu secra harian, bulanan, triwulan, semester dan tahunan.


2.      Penyelidikan Epidemiologi (PE)
Penyelidikan Epidemiologi adalah kegiatan pencarian penderita panas atau yang 1 minggu yang lalu menderita panas dan pemeriksaan jentik di rumah kasus DBD dan rumah sekitarnya dalam radius 100m atau lebih kurang 20 rumah serta, di sekolah jika kasus DBD adalah anak sekolah. Hasil penyelidikan epidemiologi ada 2 yaitu PE (+) atau PE (-) digunakan u8ntuk menentukan penanggulangan kasus.
Penyelidikan epidemiologi positif  yaitu ditemukan 3 atau lebih kasus demam tanpa sebab yang jelas dan atau ditemukan 1 kasus yang meninggal  sedangkan PE negative adalah kecuali tersebut padaPE positif. Tujuan peneyelidikan epidemiologi adalah untuk mengetahui ada/tidaknya kasus DBD tambahan dan luasnya penyebaran serta mengetahui kemungkinan terjadinya penyebarluasan penyebaran penyakit DPD lanjut di lokasi tersebut..
3.      Penyuluhan
Penyuluhan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran,kemauan dan praktek mengenai pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD. Penyuluhan dapat diberikan oelh dokter, paramedic, atau kader terlatih mengenai penyakit DBD. Materinya meliputi pemberantasan sarang nyamuk, abatisasi selektif, tanda dan gejala penyakit DBD serta penanggulangan penyakit DBD di rumah.
4.      Fogging focus dan fogging massal
Merupakan serangkaian kegiatan dalam pemberantasan nyamuk Aedes Aegypti dewasa untuk memutus rantai penularan. Fogging dilakukan pada kasus – kasus dengan PE positif,.
5.      Pemberantasan sarang nyamuk (PSN)
Pemberantasan sarang nyamuk merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan peran serta dan swadaya masyarakat dalam rangka memberantas nyamuk Aedes Aegepty. Tujuan kegiatan PSN adalah memberantas nyamuk dengan menghilangkan tempat – tempat perindukan/sarang nyamuk sehingga penularan penyakit DBD dapat dicegah atau dibatasi. Pelaksana PSN-DBD adalah individu, keluarga, atau masyarakat.

2.5  Sasaran
1.      Sasaran Langsung
Masyarakat yang menderita demam berdarah dengue.
2.      Sasaran Tidak Langsung
Masyarakat di sekitar lingkungan penderita demamm berdarah dengue.

2.6  Waktu
Kegiatan
Hari 1
Hari 2
Hari 3
Hari 4
Hari 5
Hari 6
Hari 7
Observasi







Pengambilan data







Penyuluhan







Fogging







Pemberantasan sarang nyamuk









2.7  Organisasi DAN Staf
Dosen pembimbing           : Priscilla Kandou S.KM, M.Kes
Ketua                                : Ferry Firmansyah
Wakil                                 : Vicharie Tiku
Sekretaris                          :  Tri Vanny Sampe Polan
Bendahara                         : Gralia Laluhan
Anggota                            : Meylin Memah
                                      Dewi Pari
                                      Jeli Buntaa
                                      Julia Pulumbara
                                     Asti Sinadia
                                     Jane Makaremas
                                   
2.8  Rencana Anggaran Kegiatan
Estimasi dana kegiatan yaitu sebagai berikut:
1.      3 spanduk kegiatan                                             : 3 x Rp.125.000                                                                                                 = Rp    375.000
2.      100 stiker kegiatan                                              : 100 x Rp.1.500                                                                                                 = Rp    150.000
3.      15 kaos panitia                                                    : 15 x Rp. 70.000                                                                                                =Rp 1.050.000
4.      Konsumsi peserta 40x6 kali penyuluhan            : 240 x Rp 5.000                                                                                                 =Rp 1.200.000
5.      Konsumsi panitia 15x6 kali penyuluhan             :90 x Rp. 5.000                                                                                                   = Rp    450.000
6.      Air mineral 20 kardus                                         :20 x Rp. 18.000                                                                                                 = Rp    360.000
TOTAL                                                                                                                                                                                                                 =Rp 3.585.000








2.9  Evaluasi Kegiatan
Pengawasan kegiatan ini akan dilakukan oleh dosen pembimbing dan petugas puskesmas setempat. Evaluasi kegiatan/penilaian hasil dari program ini akan ditentukan dengan tabel berikut:
Kriteria
Standar
Pengukuran
Alat Ukur
Data  Evaluasi
Hasil
Tingkat Pengetahuan
85 % warga mampu menjelaskan apa itu pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.
Jumlah presentase ibu yang paham dibanding jumlah presentase ibu yang paham yang direncanakan
Tanya jawab


Tingkat Pengetahuan
85 % ibu-ibu memahami materi yang diberikan
Dinilai berdasarkan tanya jawab yang telah dilakukan
Jumlah presentase ibu yang paham dibanding jumlah presentase ibu yang paham yang direncanakan
Tanya jawab


Tingkat Kesadaran / Sikap
85% direncana kan warga mengerti akan 3M Plus dan melaksanakan 3M Plus secara rutin.
Jumlah warga yang mengerti tentang 3M Plus dan yang keesokan harinya melakukan 3M Plus bagi yang belum melaksanakan
Tanya jawab dan observasi langsung ke rumah warga.















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Penyakit demam berdarah meningkat pada musim hujan karena pada saat musim hujan terdapat banyak genangan air yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk. Penyakit demam berdarah banyak ditemui pada lingkungan yang padat penduduk. Semakin padat penduduk maka semakin mudah penularan penyakit demam berdarah sebab nyamuk Aedes aegypti hanya dapat terbang sejauh kurang lebih seratus meter. Selain itu, faktor perilaku dan partisipasi masyarakat yang masih kurang dalam kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan kurangnya penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) menyebabkan penyebaran virus DBD semakin mudah dan semakin luas.

B.     Saran
Mengingat obat dan vaksin pencegah penyakit DBD hingga dewasa ini belum ada maka upaya pemberanyasan DBD dititik beratkan pada:
- Kewaspadaan dini terhadap penyakit DBD dengan pengubahan pola perilaku yang tidak bersih dan tidak sehat
- Penerapan perilaku 3M (Menguras, Menutup, Mengubur)
- Peningkatan pengetahuan akan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
- Meningkatkan peran serta masyarakat (PSM) dalam pemberantasan nyamuk (PSN)








DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, Dedi. 2013. Pilar Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta: Nuha Medika.
Depkes RI. Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di Indonesia.
http://www.litbang.depkes.go.id/maskes/052004/demamberdarah1.htm8.
Ditjen PP & PL Kemkes RI. 2011. http://www.pppl.depkes.go.id/4.
Fahmi Achmadi, Umar. 2014. Kesehatan Masyarakat: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Humaniora. Cegah Demam Berdarah dengan Intervensi Proteksi Individual. http://www.metrotvnews.com/metronews/read/2013/04/04/3/143638/Cegah-Deman-Berdarah-dengan-Intervensi-Proteksi-Individual13.
Indonesian Public Health. 2013. Surveilans Epidemiologi DBD. http://www.indonesian-publichealth.com/2013/02/surveilans-epidemiologi -dbd.html3.
Kegiatan Belajar 2- Penyusunan Rencana. http://www.ljj-kesehatan.kemkes.go.id/ enrol/index.php?id=179
Notoadmijo, Soedkijo. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Profil Kesehatan Provinsi Riau 2010. www.dinkesriau.net
Profil Kesehatan Provinsi Riau 2011. www.dinkesriau.net
Profil Kesehatan Provinsi Riau 2012. www.dinkesriau.net
Visi dan Misi Pemerintah Kabupaten Kampar. http://kamparkab.go.id/

1 komentar:

  1. Ada Obat Herbal Alami yang aman & efektif. Untuk Panggilan Cure Total +2349010754824, atau email dia drrealakhigbe@gmail.com Untuk Janji dengan (Dr.) AKHIGBE hubungi dia. Pengobatan dengan Obat Herbal Alami. Untuk: Demam Berdarah, Malaria. Menstruasi yang Nyeri atau Tidak Teratur. HIV / Aids. Penderita diabetes. Infeksi vagina. Keputihan Vagina. Gatal Dari Bagian Pribadi. Infeksi payudara. Debit dari Payudara. Nyeri & Gatal pada Payudara. Nyeri perut bagian bawah. Tidak Ada Periode atau Periode Tiba-tiba Berhenti. Masalah Seksual Wanita. Penyakit Kronis Tekanan Darah Tinggi. Rasa sakit saat berhubungan seks di dalam Pelvis. Nyeri saat buang air kecil. Penyakit Radang Panggul, (PID). Menetes Sperma dari Vagina Serta Untuk jumlah sperma rendah. Penyakit Parkinson. Lupus. Kanker. TBC Jumlah sperma nol. Bakteri Diare.Herpatitis A&B, Rabies. Asma. Ejakulasi cepat. Batu empedu, Ejakulasi Dini. Herpes. Nyeri sendi. Pukulan. Ereksi yang lemah. Erysipelas, Tiroid, Debit dari Penis. HPV. Hepatitis A dan B. STD. Staphylococcus + Gonorrhea + Sifilis. Penyakit jantung. Pile-Hemorrhoid. Rematik, tiroid, Autisme, pembesaran Penis, Pinggang & Nyeri Punggung. Infertilitas Pria dan Infertilitas Wanita. Dll. Ambil Tindakan Sekarang. hubungi dia & Pesan untuk Pengobatan Herbal Alami Anda: +2349010754824 dan kirimkan email ke drrealakhigbe@gmail.com Catatan Untuk Pengangkatan dengan (Dr.) AKHIGBE. Saya menderita kanker selama setahun dan tiga bulan meninggal karena sakit dan penuh patah hati. Suatu hari saya mencari melalui internet dan saya menemukan kesaksian penyembuhan herpes oleh dokter Akhigbe. Jadi saya menghubungi dia untuk mencoba keberuntungan saya, kami berbicara dan dia mengirim saya obat melalui jasa kurir dan dengan instruksi tentang bagaimana meminumnya. Untuk kejutan terbesar saya minum obat herbal dalam waktu tiga minggu saya mendapat perubahan dan saya sembuh total . Saya tidak benar-benar tahu bagaimana itu terjadi tetapi ada kekuatan dalam pengobatan herbal Dr Akhigbe. Dia adalah dokter jamu yang baik.

    BalasHapus