KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa karena atas
berkat ramat serta kehendak-Nyalah kami dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah
ini. Dalam penyusunan makalah ini begitu banyak tantangan
dan hambatan yang telah
kami hadapi, namun berkat bantuan dari berbagai pihak kami
dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini. Untuk itu pada kesempatan ini kami
ingin menyampaikan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua yang
terlibat dalam pembuatan
makalah ini, yang turut mendukung, menginspirasi, serta
membantu menyelesaikan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini belum mencapai
kesempurnaan. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang bersifat membina dan membangun
sangat dibutuhkan demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata tak ada yang dapat kami
sampaikan karena
kebaikan, dan tak ada harapan yang dapat kami berikan atas
dorongan semua pihak
kecuali mengharapkan balasan yang setimpal atas kebaikan dan
dorongan dari Tuhan.
Manado, 9 November 2016
Penyusun
Kelompok 5
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2Rumusan Masalah 2
1.3Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
2.1Defenisi Sel Punca 3
2.2 Fungsi dari Sel Punca 3
2.3 Jenis-jenis dari Sel Punca 5
2.4 Penggunaan terapi Sel Punca 6
2.5 Terapi Sel Punca dan Keberadaannya di Indonesia 8
BAB III PENUTUP 10
3.1 Kesimpulan 10
3.2 Saran 10
DAFTAR PUSTAKA 11
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Perkembangan ilmu dan teknologi bidang kesehatan yang maju
pesat maka
dikembangkanlah Sel Punca, sedangkan yang dimaksud Sel Punca
adalah sel tubuh
manusia dengan kemampuan istimewa memperbaharui atau
meregenerasi dirinya
sendiri (self regenerate/self renewal) dan mampu
berdiferensiasi menjadi sel lain
(differentiate). Kegunaan Sel Punca bagi umat manusia untuk
masa yang akan
datang sangat menjanjikan karena dapat menyembuhan penyakit
serta memulihkan
kesehatan melalui upaya transpalasi.
Transpalasi yang dimaksud adalah transpalasi jaringan
biologi atau
jaringan tubuh manusia. Jaringan biologi - berasal dari
jaringan manusia yang
didermakan oleh donor hidup maupun jenazah yang bebas dari
berbagai penyakit
dan virus seperti HIV, Hepatitis B atau C, Tuberkolosis,
Syphilis dan penyakit
menular lain agar tidak menularkan kepada pasien yang
menerimanya (respien),
contoh jaringan biologi ialah jaringan tulang, kulit,
tendon, katup jantung, kornea
mata, jantung, lever, otak, jaringan amnion dll.
Penggunaan sel punca untuk terapi telah dilakukan di banyak
negara
termasuk di antaranya China. Bahkan, di wilayah berpenduduk
satu milyar lebih
itu, terapi sel punca sudah menjadi salah satu layanan medis
yang ditawarkan di
rumah sakit.
Fenomena ini agak berbeda dengan negara lain yang belum
menempatkan
terapi sel punca sebagai layanan medis. Di beberapa negara
termasuk di Indonesia,
pengobatan menggunakan terapi sel punca masih terbatas dalam
skala penelitian.
Peraturan mengenai terapi sel punca pun cukup ketat,
mengingat faktor keamanan
serta problem etika.
2
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa defenisi sel punca ?
2. Apa fungsi sel punca ?
3. Apa jenis-jenis dari sel punca ?
4. Bagaimana Penggunaan Terapi Sel Punca?
5. Bsgaimana terapi sel punca dan keberadaannya di Indonesia
?
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui defenisi sel punca.
2. Mengetahui fungsi dari sel punca.
3. Mengetahui jenis-jensi dari sel punca.
4. Mengetahui penggunaan terapi sel punca.
5. Mengetahui terapi sel punca dan keberadaannya di
Indonesia.
6.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Defenisi Sel Punca
Menurut PERMEN RI No. 833/MENKES/PER/IX/2009 Sel punca
adalah sel
tubuh manusia dengan kemampuan istimewa memperbarui dan
meregenerasi
dirinya sendiri (self regenerate/self renewal) dan mampu
berdeferensiasi menjadi
sel lain. Steam cell mempunyai 2 sifat :
1. Kemampuan untuk berdiferensiasi menjadi sel lain
(differenttate). Dalam hal
ini stem cell mampu berkembang menjadi berbagai jenis sel
matang, misalnya
sel saraf, sel otot jantung, sel otot rangka, sel pancreas ,
dan lain-lain
2. Kemampuan untuk memperbaharui atau meregenerasi dirinya
sendiri (self-
regenerate/self-renew). Dalam hal ini steam cell dapat
membuat salinan sel
yang persis sama dengan dirinya melalui pembelahan sel
2.2 Fungsi Sel Punca
Ada dua kegunaan stemcell yaitu berdasarkan fungsinya dan
riset.
Fungsi setelah diaktifkannya stemcell dalam tubuh adalah
sebagai berikut:
1. Menambah jumlah peredaran darah dan mempercepat mikro
sirkulasi darah
sehingga bagi pasien yang stroke, tekanan darah tinggi,
leukimia, dan cuci
darah akan sembuh.
2. Menambah oksigen dalam darah dan sel sehingga dapat
mematikan virus dan
bakteri.
3. Mempercepat transportasi nutrisi ke seluruh tubuh.
4. Mempercepat pembersihan dalam tubuh manusia sehingga
pasien setelah
diterapi stemcell akan lancar buang air besar dan air kecil.
5. Mempercepat metabolisme tubuh.
6. Menambah kinerja sel badan.
7.
4
8. Mempercepat penyembuhan luka dan patah tulang,
Meningkatkan kemampuan
anti kanker.
Sedangkan peran stemcell dalam riset adalah sebagai berikut:
1. Terapi gen, sebagai alat pembawa transgen ke dalam tubuh
pasien dan
selanjutnya dapat dilacak jejaknya apakah stemcell ini
berhasil
mengekspresikan gen tertentu dalam tubuh pasien.
2. Mengetahui proses biologis yaitu perkembangan organisme
dan
perkembangan kanker. Melalui stemcell dapat dipelajari
perkembangan sel
baik sel normal maupun sel kanker.
3. Penemuan dan pengembangan obat baru yaitu untuk
mengetahui efek obat
terhadap berbagai jaringan.
4. Terapi sel berupa replacement therapy, Oleh karena
stemcell dapat hidup
di luar organ tubuh manusia misalnya di cawan petri maka
dapat dilakukan
manipulasi terhadap stemcell itu tanpa mengganggu organ
tubuh manusia.
Ada 3 golongan penyakit yang dapat diatasi oleh stem cell:
a. Penyakit autoimun. Misalnya pada lupus, artritis
reumatoid dan diabetes tipe
1. Setelah diinduksi oleh growth factor agar hematopoietic
stem cell banyak
dilepaskan dari sumsum tulang ke darah tepi, hematopoietic
stem cell
dikeluarkan dari dalam tubuh untuk dimurnikan dari sel imun
matur. Lalu
tubuh diberi agen sitotoksik atau terapi radiasi untuk
membunuh sel-sel
imun matur yang tidak mengenal self antigen (dianggap
sebagai foreign
antigen). Setelah itu hematopoietic stem cell dimasukkan
kembali ke tubuh,
bersirkulasi dan bermigrasi ke sumsum tulang untuk
berdiferensiasi menjadi
sel imun matur sehingga sistem imun tubuh kembali seperti
semula.
b. Penyakit degeneratif. Pada penyakit degeneratif seperti
stroke, penyakit
Parkinson, penyakit Alzheimer, terdapat beberapa kerusakan
atau kematian sel-
sel tertentu sehingga bermanifestasi klinis sebagai suatu
penyakit. Pada
keadaan ini stem cell setelah dimanipulasi dapat
ditransplantasi ke dalam tubuh
pasien agar stem cell tersebut dapat
5
b. berdiferensiasi menjadi sel-sel organ tertentu yang
menggantikan sel-sel
yang telah rusak atau mati akibat penyakit degeneratif.
c. c. Penyakit keganasan. Prinsip terapi stem cell pada
keganasan sama
dengan penyakit autoimun. Hematopoietic stem cell yang
diperoleh baik
dari sumsum tulang atau darah tali pusat telah lama dipakai
dalam terapi
leukemia dan penyakit darah lainnya.
2.3 Jenis-jenis Sel Punca
Berdasarkan Potensi atau Kemampuan Berdiferensiasi
1. Sel induk ber-totipotensi (toti=total) adalah sel induk
yang memiliki potensi
untuk berdiferensiasi menjadi semua jenis sel, yaitu sel
ekstraembrionik, sel
somatik, dan sel seksual. Jenis sel ini dapat bertumbuh
menjadi organisme
baru bila diberikan dukungan maternal yang memadai. Sel
induk
bertotipotensi diperoleh dari sel induk embrio, hasil
pembuahan sel telur oleh
sel sperma.
2. Sel induk ber-pluripotensi (pluri=jamak) adalah sel-sel
yang dapat
berdiferensiasi menjadi semua jenis sel dalam tubuh, namun
tidak dapat
membentuk suatu organisme baru.
3. Sel induk ber-multipotensi adalah sel-sel yang dapat
berdiferensiasi menjadi
beberapa jenis sel dewasa.
4. Sel induk ber-unipotensi (uni=tunggal) adalah sel induk
yang hanya dapat
menghasilkan satu jenis sel tertentu, tetapi memiliki
kemampuan
memperbarui diri yang tidak dimiliki oleh sel yang bukan sel
induk.
Berdasarkan Potensi atau Kemampuan Berdiferensiasi
1. Zygote. Yaitu pada tahap sesaat setelah sperma bertemu
dengan sel telur
Embryonic stem cell. Diambil dari inner cell mass dari suatu
blastocyst
(embrio yang terdiri dari 50 – 150 sel, kira-kira hari ke-5
pasca pembuahan).
Embryonic stem cell biasanya didapatkan dari sisa embrio
yang tidak dipakai
pada IVF (in vitro fertilization). Tapi saat ini telah
dikembangkan teknik
pengambilan embryonic stem cell yang tidak membahayakan
embrio tersebut,
6
2. sehingga dapat terus hidup dan bertumbuh. Untuk masa
depan hal ini
mungkin dapat mengurangi kontroversi etis terhadap embryonic
stem cell.
3. Fetus. Fetus dapat diperoleh dari klinik aborsi.
4. Stem cell darah tali pusat. Diambil dari darah plasenta
dan tali pusat segera
setelah bayi lahir. Stem cell dari darah tali pusat
merupakan jenis
hematopoietic stem cell, dan ada yang menggolongkan jenis
stem cell ini ke
dalam adult stem cell.
5. Adult stem cell. Diambil dari jaringan dewasa, antara
lain dari:
• Sumsum tulang.
Ada 2 jenis stem cell dari sumsum tulang:
- hematopoietic stem cell. Selain dari darah tali pusat dan
dari sumsum
tulang, hematopoietic stem cell dapat diperoleh juga dari
darah tepi.
- stromal stem cell atau disebut juga mesenchymal stem cell.
• Jaringan lain pada dewasa seperti pada:
- susunan saraf pusat
- adiposit (jaringan lemak)
- otot rangka
- pankreas
Adult stem cell mempunyai sifat plastis, artinya selain
berdiferensiasi
menjadi sel yang sesuai dengan jaringan asalnya, adult stem
cell juga dapat
berdiferensiasi menjadi sel jaringan lain. Misalnya: neural
stem cell dapat
berubah menjadi sel darah, atau stromal stem cell dari
sumsum tulang dapat
berubah menjadi sel otot jantung, dan sebagainya.
2.4 Penggunaan Sel Punca
1. Stem sel untuk penderita diabetes
Terjadi kekurangan insulin atau kurangnya kepekaan terhadap
insulin. Dalam
hal ini transplantasi sel pulau Langerhans diharapkan dapat
memenuhi
kebutuhan insulin. Pada awalnya, kira-kira 10 tahun yang
lalu, hanya 8%
transplantasi sel pulau Langerhans yang berhasil. Hal ini
terjadi karena reaksi
penolakannya besar sehingga diperlukan sejumlah besar
steroid; padahal
makin besar steroid yang dibutuhkan, makin besar pula
kebutuhan metabolik
pada sel penghasil insulin.
7
Pada penelitian tersebut, 100% pasien yang diterapi
transplantasi sel pulau
Langerhans pankreas tidak memerlukan injeksi insulin lagi
dan gula darahnya
tetap normal setahun setelah transplantasi.
Penelitian-penelitian yang sudah
dilakukan untuk diabetes ini mengambil sumber stem cell dari
kadaver, fetus,
dan dari embryonic stem cell. Selanjutnya, masih dibutuhkan
penelitian untuk
menemukan cara membuat kondisi yang optimal dalam produksi
insulin,
sehingga dapat menggantikan injeksi insulin secara permanen.
2. Stem Cell untuk Skin Replacement
Dengan bertambahnya pengetahuan mengenai stem cell, maka
peneliti telah
dapat membuat epidermis dari keratinosit yang diperoleh dari
folikel rambut
yang dicabut. Hal ini memungkinkan transplantasi epidermis
autolog, sehingga
menghindari masalah penolakan. Pemakaian skin replacement
ini bermanfaat
dalam terapi ulkus vena ataupun luka bakar.
3. Stem Cell untuk Penyakit Parkinson
Pada penyakit Parkinson, didapatkan kematian neuron-neuron
nigra-striatal,
yang merupakan neuron dopaminergik. Dopamin merupakan
neurotransmiter
yang berperan dalam gerakan tubuh yang halus. Dengan
berkurangnya
dopamin, maka pada penyakit Parkinson terjadi gejala-gejala
gangguan
gerakan halus. Dalam hal ini transplantasi neuron dopamin
diharapkan dapat
memperbaiki gejala penyakit Parkinson.Tahun 2001, dilakukan
penelitia n
dengan menggunakan jaringan mesensefalik embrio manusia yang
mengandung neuron-neuron dopamin. Jaringan tersebut
ditransplantasikan ke
dalam otak penderita Parkinson berat dan dipantau dengan
alat PET (Positron
Emission Tomography). Hasilnya setelah transplantasi
terdapat perbaikan
dalam uji-uji standar untuk menilai penyakit Parkinson,
peningkatan fungsi
neuron dopamin yang tampak pada pemeriksaan PET; perbaikan
bermakna ini
tampak pada penderita yang lebih muda. Namun setelah 1
tahun, 15% dari
pasien yang ditransplantasi ini kambuh setelah dosis
levodopa dikurangi atau
dihentikan.
8
4. Stem Cell untuk Stroke
Dahulu dianggap bahwa sekali terjadi kematian sel pada
stroke, maka akan
menimbulkan kecacatan tetap karena sel otak tidak mempunyai
kemampuan
regenerasi. Tapi anggapan berubah setelah para pakar mengetahui
adanya
plastisitas pada sel-sel otak dan pengetahuan mengenai stem
cell yang
berkembang pesat belakangan ini.
5. Stem Cell untuk Penyakit Jantung
Penelitian terkini memberikan bukti awal bahwa adult stem
cells dan embryonic
stem cell dapat menggantikan sel otot jantung yang rusak dan
memberikan
pembuluh darah baru. Strauer dkk. mencangkok mononuclear
bone marrow cell
autolog ke dalam arteri yang menimbulkan infark pada saat
PTCA 6 hari setelah
infark miokard akut. Sepuluh pasien yang diberi stem cell
area infarknya
menjadi lebih kecil dan indeks volume stroke, left
ventricular end-systolic
volume, kontraktilitas area infark, dan perfusi miokard
menunjukkan perbaikan
dibandingkan dengan kelompok kontrol. Perin dkk. memberikan
transplantasi
bone marrowmononuclear cells autolog yang diinjeksikan pada
miokard yang
lemah dengan panduan electromechanical mapping pada 14
pasien gagal
jantung iskemik kronik berat.Single-photon emission computed
tomography
myocardial perfusionscintigraphy menunjukkan penurunan defek
yang
signifikan dan perbaikan fungsi sistolik ventrikel kiri
global pada pasien yang
diterapi.
9
2.5 Terapi Stem Cell dan Keberadaannya di Indonesia
Adalah Laboratorium ReGenic (Regenerative and Celluar
Therapy), ini
merupakan laboratorium pertama di Indonsia yang mempunyai
legalitas dalam
pengolah sel punca atau dengan nama lain stem cell untuk
terapi. Menurut Yuyus
Kusnadi, PhD, Head of laboratory Kalbe Group, praktik stem
cell yang diijinkan
di Indonesia adalah dengan mengambil material stem cell dari
tubuh si pasien itu
sendiri atau yang biasa disebut dengan istilah antologus.
Untuk melakukan terapi
stem cell, stem cell bisa diambil dari beberapa bagian tubuh
kita sendiri, seperti
sumsum tulang belakang,lemak, tali pusar, hingga darah..
Indonesia sendiri masih terbatas pada skala penelitian. Saat
ini, hanya 11
rumah sakit di Indonesia yang menjadi pusat pengembangan
pelayanan medis
penelitian dan pendidikan bank-jaringan dan sel punca atau
stem sel. Sebelas
rumah sakit tersebut diantaranya adalah Rumah sakit Dr Dipto
Mangunkusumo
dan rumah sakit Dr Soetomo sebagai pembina. Kemudia RS Dr. M
Djamil, RS
Jantung Harapan Kita, RS Fatmawati, RS Kanker Dharmais, RS
Persahabatan, RS
Dr. Hasan Sadikin, RS Dr, Sardjito, RS Dr. Karyadi dan RS
Sanglah.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
sel punca dapat diinduksi untuk menjadi sel dengan fungsi
tertentu seperti sel
jaringan maupun sel organ yang mempunyai tugas tersendiri.
Pada sumsum
tulang dan darah tali pusar, sel punca secara teratur
membelah dan
memperbaiki jaringan yang rusak, meski demikian pada organ
lain seperti
pankreas atau hati, pembelahan hanya terjadi dalam kondisi
tertentu.
Sel punca berpontensi untuk mengubah keadaan penyakit pada
manusia dengan cara memperbaiki jaringan atau organ
tertentu. Sel punca ini
bisa dipanen dari sel embrionik yang diambil dari embrio
bayi atau dari sel
dewasa, seperti sumsum tulang, darah tepi, dan tali pusat
bayi baru lahir.
Pada proses terapi, sel punca hanya disuntikkan ke jaringan
yang
rusak, seperti pada penanganan pasien jantung stadium akhir.
Terapi
menggunakan sel punca menjadi alternatif lain dalam
pengobatan suatu
penyakit yang mungkin tidak ada obatnya. Terapi ini masih
dikembangkan
lagi untuk mendapatkan hasil pengobatan yang tidak memiliki
efek yang
riskan.
3.2 SARAN
Terapi menggunakan Sel Punca menjadi salah satu pilihan
alternatif untuk
pengobatan penyakit yang tidak ada penyembuhan dengan obat.,
walaupun
terapi ini masih dikembangkan lagi dan harga yang dipatok
relatif lebih mahal
dibandingkan pengobatan lainnya.
11
DAFTAR PUSAKA
Isprawiro. 2016. Terapi Stem Cell dan Keberadaannya di
Indonesia. Diakses dari
(medikanews.com) pada tanggal 09 November 2016
Amin, Hilman Z. 2013. Terapi Stem cell untuk Infrak Miokard
Akut. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Vol 1 No 2
Saputra, Virgi. 2006. Dasar-dasar Stem Cell dan Potensi
Aplikasinya dalam Ilmu
Kedokteran. Jakarta: PT Kalbe Farma Tbk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar