Rabu, 23 November 2016

Gizi Buruk




1.1         Latar Belakang
Kasus gizi buruk masih menjadi masalah dibeberapa negara. Tercatat satu dari tiga anak di dunia meninggal setiap tahun akibat buruknya kualitas gizi. Dari data Departemen Kesehatan menunjukkan setidaknya 3,5 juta anak meninggal tiap tahun karena masalah kekurangan gizi dan buruknya kualitas makanan, didukung pula oleh kekurangan gizi selama masih didalam kandungan. Hal ini dapat berakibat kerusakan yang tidak dapat diperbaiki pada saat anak beranjak dewasa. Dr.Bruce Cogill, seorang ahli gizi dari badan PBB UNICEF mengatakan bahwa isu global tentang gizi buruk saat ini merupakan problem yang harus diatasi (Litbang, 2008). Gizi buruk pada balita tidak terjadi secara tiba-tiba, tetapi diawali dengan kenaikan berat badan balita yang tidak cukup. Perubahan berat badan balita dari waktu ke waktu merupakan petunjuk awal perubahan status gizi balita. Dalam periode 6 bulan, bayi yang berat badannya tidak naik 2 kali berisiko mengalami gizi buruk 12.6 kali dibandingkan pada balita yang berat badannya naik terus. Bila frekuensi berat badan tidak naik lebih sering, maka risiko akan semakin besar (Litbang, 2007).
Soetjiningsih (1995) dalam bukunya menjelaskan bahwa dampak jangka pendek dari kasus gizi buruk adalah anak menjadi apatis, mengalami gangguan bicara serta gangguan perkembangan yang lain. Sedangkan dampak jangka panjang dari kasus gizi buruk adalah penurunan skor IQ, penurunan perkembangan kognitif, gangguan pemusatan perhatian, serta gangguan penurunan rasa percaya diri.
Undang-undang kesehatan nomor 23 tahun 1992 menekankan pentingnya upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Istilah mutu mempunyai arti dan persepektif yang berbeda bagi setiap individu, tergantung dari sudut pandang masing-masing. Hal ini terlihat dengan adanya pesan agar tenaga kesehatan melakukan fungsinya secara professional sesuai dengan standard dan pedoman, serta meningkatkan pengetahuannya tentang penatalaksanaan kasus yang ada, sehingga didapatkan hasil berupa kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan. Kebutuhan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan setidaknya dipengaruhi oleh tiga perubahan besar yang memberikan tantangan dan peluang. Perubahan itu meliputi sumberdaya yang terbatas, adanya kebijakan desentralisasi dan berkembangnya kesadaran akan pentingnya mutu dalam pelayanan kesehatan, begitu juga dalam penatalaksanaan gizi harus dilakukan sesuai dengan standar yang telah di tetapkan dan disesuaikan dengan standar asuhan gizi dan pedoman tatalaksana gizi, sehingga mutu penatalaksanaan gizi dapat dicapai secara optimal (Depkes, 2011).

1.2         Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1.      Apakah yang dimaksud dengan penyakit gizi buruk?
2.      Kapan penyakit gizi buruk bisa terjadi?
3.      Dimana atau dilingkungan seperti apa penyakit gizi buruk bisa terjadi?
4.      Apakah penyebab gizi buruk pada vektor dan pejamu?
5.      Mengapa penyakit gizi buruk bisa terjadi?
6.      Bagaimana cara pencegahan dan pengobatan dari penyakit gizi buruk?

1.3         Tujuan Masalah
Adapun tujuan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Mengetahui apa penyakit gizi buruk tersebut
2.      Mengetahui kapan terjadinya penyakit gizi buruk
3.      Mengetahui dilingkungan seperti apa penyakit gizi buruk dapat terjadi
4.      Mengetahui penyebab terjadinya penyakit gizi buruk diantara vektor dan pejamu
5.      Mengetahui mengapa penyakit gizi buruk dapat terjadi
6.      Mengetahui cara pencegahan dan pengobatan dari penyakit gizi buruk tersebut



BAB II
PEMBAHASAN

2.1         Pengertian Penyakit Gizi Buruk
Gizi adalah suatu proses menggunakan makanan yang konsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat – zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ – organ serta menghasilkan energi.
Malnutrisi atau gizi buruk adalah keadaan kekurangan energi dan protein (KEP) tingkat berat akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan menderita sakit dalam waktu lama. Ditandai dengan status gizi sangat kurus (menurut BB terhadap TB) dan hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus, kwashiorkor atau marasmik kwashiorkor. Gizi buruk atau malnutrisi dapat diartikan sebagai asupan gizi yang buruk. Hal ini bisa diakibatkan oleh kurangnya asupan makanan, pemilihan makanan yang tidak tepat ataupun karena sebab lain seperti adanya penyakit infeksi yang menyebabkan kurang terserapnya nutrisi dari makanan. Secara klinis, gizi buruk ditandai dengan asupan portein, energi dan nutrisi mikro, seperti vitamin yang tidak mencukupi ataupun berlebih sehingga menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan.
Gizi buruk ini biasanya terjadi pada anak balita (dibawah 5 tahun) dan ditampakkan oleh membusungnya perut (busung lapar). Gizi buruk dapat berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan anak, juga kecerdasan anak. Pada tingkat yang lebih parah, jika dikombinasikan dengan perawatan yang buruk, sanitasi yang buruk, dan munculnya penyakit lain, gizi buruk dapat menyebabkan kematian.

2.2         Waktu Terjadinya Gizi Buruk
Awal mula terjadinya gizi buruk ketika seorang bayi didalam kandungan ibunya, jika sang ibu tidak memakan makanan yang punya gizi serta protein yang kurang baik, maka sang bayi tidak akan mendapatkan asupan nutrisi yang baik dari sang ibu. Seteleh bayi itu lahir, berat badan sang bayi biasanya tidak sesuai dengan berat badan bayi normal lainnya. Dan ketika pada masa pertumbuhan sang anak, nutrisi yang diberikan pula tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh sang anak, maka yang akan terjadi malnutrisi atau gizi buruk, ditandai dengan membusungnya perut (busung lapar). Salah satu faktor terjadinya busuk lapar, dikarenakan tingkat perekonomian yang rendah dikeluarga tersebut. Contoh, kasus gizi buruk di Sulawesi Selatan, yang pertumbuhan ekonominya diklaim mencapai 8%.    

2.3          Lingkungan Terjadinya Penyakit Gizi Buruk
Kondisi lingkungan yang kurang memadai justru menjadi pemicu utama terjadinya gizi buruk, seperti kurangannya mata pencaharian yang menyebabkan kemiskinan kadang menjadi hambatan dalam penyediaan pangan bagi keluarga, lingkungan dengan tingkat kebersihan yang rendah, serta ketersediaan air bersih pada lingkungan setempat.

2.4         Penyebab Terjadinya Penyakit Gizi Buruk Diantara Vektor Dan Pejamu
a.       Penyebab tak langsung
Kurangnya jumlah dan kualitas makanan yang dikonsumsi, menderita penyakit infeksi, cacat bawaan serta menderita penyakit kanker.
b.      Penyebab langsung
Ketersediaan pangan dirumah tangga, perilaku, lingkungan, dan pelayanan kesehatan. Selain faktor – faktor tersebut, penyebab utama gizi buruk adalah kemiskinan, pendidikan rendah, ketersediaan pangan dan lapangan kerja. Adapun penyebab lain dari gizi buruk, yaitu :
1)      Faktor alam. Kadang curah hujan yang banyak dalam kurun waktu yang sangat singkat, dapat mengakibatkan banjir. Dampak yang sangat dirasakan yaitu dari petani. Jika yang terjadi sebaliknya, seperti kekeringan juga sangat berdampak bagi petani. Bahkan terancam gagal panen, yang menyebabkan tingkat perekonomian menurun dan banyak waga memakan apa saja yang bisa dimakan, untuk bertahan hidup.
2)      Faktor manusiawi. Faktor yang berasal dari kehidupan sosial masyarakat setempat. Kebanyakan masyarakat petani bersifat “one dimensional”, yakni masyarakat yang sangat bergantung pada satu mata pencaharian saja dan belum ada pemikiran untuk mencari mata pencaharian lain, dikarenakan itu cukup untuk menghidupi keluarga sampai masa panen berikutnya.
Jadi, penyebab antara vektor dan pejamu adalah ketika sebuah nutrisi dalam makanan (vektor) tidak mencukupi kebutuhan, dikarenakan tingkat perekonomian dan pengetahuan yang rendah, dapat menyebabkan orang (pejamu) itu menderita gizi buruk atau busung lapar.  

2.5         Mengapa Bisa Terjadi Gizi Buruk
Seperti yang sudah dijelaskan, gizi buruk dapat terjadi diakibatkan kurangnya asupan nutrisi selama dalam masa kandungan dan setelah lahir, tingkat perekonomian rendah yang menyebabkan seseorang memilih untuk memakan apa saja demi kelangsungan hidup, tingkat pengetahuan rendah, serta lingkungan yang kurang memadai.

2.6         Pencegahan dan Pengobatan Gizi Buruk
a.       Berikut ini adalah beberapa cara untuk mencegah terjadinya gizi buruk :
1)        Memberikan ASI eksklusif sampai sang anak berusia 6 bulan. Setelah itu, anak mulai dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai pendamping ASI yang sesuai dengan tingkatan usia.
2)        Diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein, lemak, vitamin dan mineralnya. Perbandingan komposisinya, untuk lemak 10%, protein 12% dan sisanya karbohidrat.
3)        Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program Posyandu. Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar atau tidak.
4)        Mencoba mencari sumber mata pencaharian cadangan, selain bertani. Atau membuka lapangan kerja sebesar – besarnya dalam meningkatkan perekonomian suatu daerah, khusus untuk pemerintah.
5)        Lebih mempelajari lagi tentang masalah – masalah kesehatan yang terjadi, agar mutu pengetahuan tersebut lebih bertambah. Jadi, ketika mendapatkan suatu penyakit, kita tidak perlu pusing karena kita telah mengetahui apa penyakit tersebut dan bagaimana cara penanggulangannya.
6)        Serta tidak lupa juga, untuk lebih sering membersihkan lingkungan sekitar agar masyarakat terhindar dari berbagai penyakit. Dan juga ketersediaan air bersih, juga harus selalu diperhatikan.
b.      Berikut ini adalah cara untuk mengobati penyakit gizi buruk :
1)      Lakukan perbaikan gizi untuk stadium rendah. Dalam sehari anak – anak harus mendapat asupan protein sekitar 2 – 3 gram atau setara dengan 100 – 150 Kkal.
2)      Pengobatan pada stadiun berat cenderung lebih kompleks, karena masing – masing penyakit harus diobati satu persatu. Penderita sebaiknya dirawat di Rumah Sakit untuk mendapatkan perhatian medis secara penuh. Sejalan dengan pengobatan penyakit penyerta maupun infeksinya, status gizi anak tersebut harus terus diperbaiki hingga sembuh.


BAB III
PENUTUP

3.1         Kesimpulan
               Gizi adalah suatu proses menggunakan makanan yang konsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat – zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ – organ serta menghasilkan energi. Malnutrisi atau gizi buruk adalah keadaan kekurangan energi dan protein (KEP) tingkat berat akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan menderita sakit dalam waktu lama. Ditandai dengan status gizi sangat kurus (menurut BB terhadap TB) dan hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus, kwashiorkor atau marasmik kwashiorkor. Gizi buruk ini biasanya terjadi pada anak balita (dibawah 5 tahun) dan ditampakkan oleh membusungnya perut (busung lapar).
Awal mula terjadinya gizi buruk ketika seorang bayi didalam kandungan ibuny tidak akan mendapatkan asupan nutrisi yang baik dari sang ibu. Setelah lahir, berat badan sang bayi tidak sesuai dengan berat badan bayi normal lainnya. Ketika pertumbuhan sang anak nutrisi yang diberikan pula tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh sang anak, makanya akan terjadi malnutrisi atau gizi buruk, ditandai dengan membusungnya perut (busung lapar). Kondisi lingkungan yang kurang memadai justru menjadi pemicu utama terjadinya gizi buruk.  Adapaun penyebab antara vektor dan pejamu adalah ketika sebuah nutrisi dalam makanan (vektor) tidak mencukupi kebutuhan, dikarenakan tingkat perekonomian dan pengetahuan yang rendah, dapat menyebabkan orang (pejamu) itu menderita gizi buruk atau busung lapar.  gizi buruk dapat terjadi diakibatkan kurangnya asupan nutrisi, tingkat perekonomian rendah, tingkat pengetahuan rendah, serta lingkungan yang kurang memadai.
Adapun cara pencegahan terjadinya gizi buruk, yaitu berikan makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein, lemak, vitamin dan mineralnya. Perbandingan komposisinya, untuk lemak 10%, protein 12% dan sisanya karbohidrat. Dan cara pengobatan gizi buruk, yaitu penderita sebaiknya dirawat di Rumah Sakit untuk mendapatkan perhatian medis secara penuh. Sejalan dengan pengobatan penyakit penyerta maupun infeksinya, status gizi anak tersebut harus terus diperbaiki hingga sembuh.

3.2         Saran
Diperlukan terobosan - terobosan baru yang dapat menangulangi masalah gizi buruk hingga ke akar-akarnya. Oleh karena itu departemen kesehatan juga harus bekerja sama dengan berbagai pihak untuk mengatasi masalah kemiskinan, pendidikan rendah, dan kesempatan kerja rendah. Selain itu, anak-anak Indonesia harus lebih bersungguhsungguh belajar dengan tekun, agar Indonesia lebih maju.










DAFTAR PUSTAKA
Aritonang, Endah. 2006. Busung Lapar. Yogyakarta : Media Perssindo
Adiningsih, S. 2010. Waspadai Gizi Balita Anda. Jakarta : PT Elex Media Komputindo
Persatuan Ahli Gizi Indonesia. 2009. Kamus Gizi. Jakarta : PT Kompas Media Nusantara


Tidak ada komentar:

Posting Komentar