Rabu, 23 November 2016

Rumah Sehat



BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
       Perumahan yang baik terdiri dari kumpulan rumah yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukungnya seperti sarana jalan, saluran air kotor, tempat sampah, sumber air bersih, lampu jalan, lapangan tempat bermain anak – anak, sekolah, tempat ibadah, balai pertemuan, dan pusat kesehatan masyarakat, serta harus bebas banjir. Standar arsitektur bangunan terutama untuk perumahan umum (public housing) pada dasarnya ditujukan untuk menyediakan rumah tinggal yang cukup baik dalam bentuk desain, letak, dan luas ruangan, serta fasilitas lainnya agar dapat memenuhi kebutuhan keluarga atau dapat memenuhi persyaratan rumah tinggal yang sehat (healthy) dan menyenangkan (comfortable).
Dalam rangka memenuhi kesejahteraannya, manusia berusaha menciptakan benda-benda dan jasa melalui ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimilikinya. Dalam pembangunan, ilmu pengetahuan, dan teknologi ikut berkembang sejalan dengan pembangunan itu sendiri. Bentuk jasa pelayanan an kebendaan untuk kesejahteraan manusiapun ikut berubah.
Rangkaian proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya bukan manusia untuk menciptakan pelayanan, jasa dan kebendaan ikut berubah. Bila semua rangkaian tersebut cukup sederhana, maka dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi rangkaian tersebut semakin rumit. Sampah dan efek lainnya yang dihasilkan juga ikut berubah baik macam maupun banyaknya,
Ukuran kesejahteraan yang dikejar manusia ikut berubah dengan perubahan benda-jasa-pelayanan-tersebut. Pada hal produk dari hasil kemajuan ini juga menimbulkan masalah baru. Umtuk itu perlu diusahakan pembangunan untuk kesejahteraan manusia, denga sedapat mungkin mengurangi dampak negatif terhadapa lingkungan hidup, termasuk dampak pada kesehatan masyarakat.
Pola globalisasi pembangunan dewasa ini, merupakan tantangan bagi profesi kesehatan dan lingkungan. Laporan komisi dunia untuk pembangunan dan lingkungan (world commision of environment and development) yang terkenal dengan “Brundtland Report” (1987) dan diberi judul “Our Common Future”, telah menggambarkan masalah globalisasi ini termasuk bidang lingkungan. Laporan tersebut mnegemukakan tentang strategi yang sebaiknya diterapkan untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul melalui beberapa program di bawah payung koordinasi “pembangunan berkelanjutan” dan beberapa program lain di bawah payung koordinasi “new public health”. Masalah-masalah yang timbul dari pengalaman selama ini lebih banyak disebabkan oleh konsep perencanaan pembangunan yang cenderung untuk mengabaikan pengaruh jangka panjang di bidang kesehatan dan lingkungan.

1.2         Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1.      Apa yang dimaksud dengan rumah sehat?
2.      Apa unsur – unsur dalam memenuhi rumah sehat?
3.      Bagaimana kriteria dari rumah sehat?
4.      Bagaimana kebutuhan fisiologis dan kebutuhan psikologis berkaitan dengan perumahan?
5.      Bagaimana syarat rumah yang sehat dan aman dari segi lingkungan?
6.      Apa penyakit yang diakibatkan sanitasi lingkungan perumahan yang kurang baik?
7.      Apa yang dimaksud dengan sindrom gedung sakit (Sick Building Syndrome)?
8.      Bagaimana dampak pembangunan pada kesehatan masyarakat?

1.3         Tujuan Masalah
Adapun tujuan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui maksud dari rumah sehat
2.      Untuk mengetahui unsur – unsur dalam memenuhi rumah sehat
3.      Untuk mengetahui kriteria dari rumah sehat
4.      Untuk mengetahui kebutuhan fisiologis dan kebutuhan psikologis berkaitan dengan perumahan
5.      Untuk syarat rumah yang sehat dan aman dari segi lingkungan
6.      Untuk mengetahui penyakit yang diakibatkan sanitasi lingkungan perumahan yang kurang baik
7.      Untuk mengetahui maksud dari sindrom gedung sakit (Sick Building Syndrome)?
8.      Untuk mengetahui dampak pembangunan pada kesehatan masyarakat






BAB II
PEMBAHASAN

2.1         Rumah Sehat
       Rumah sehat adalah rumah sebagai tempat tinggal yang memenuhi ketetapan atau ketentuan teknis kesehatan yang wajib dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni rumah dari bahaya atau gangguan kesehatan sehingga memungkinkan penghuni memeperoleh derajat kesehatan yang optimal (Kep.Menkimpraswil, 2002). Rumah sehat dan nyaman merupakan sumber inspirasi penghuninya dan berfungsi sebagai tempat tinggal yang digunakan untuk berlindung dari gangguan iklim makhluk hidup lainnya.  Kontruksi rumah dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan faktor risiko sumber penularan berbagai jenis penyakit. Kondisi sanitasi perumahan yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menjadi penyebab penyakit infeksi saluran pernafasan akut dan TBC paru.

2.2         Unsur – Unsur Rumah Sehat
Berikut ini adalah kriteria rumah sehat, yaitu sebagai berikut :
-          Bahan Bangunan
       Langit-langit rumah hendaknya harus dibersihkan, tidak rawan kecelakaan, berwarna terang, dan batas tinggi langit-langit dari lantai 2,75 cm. dinding rumah berfungsi untuk menahan angin dan debu, dibuat tidak tembus pandang, bahan dibuat dari batu bata, batako, bambu, papan kayu, dinding dilengkapi dengan sarana ventilasi untuk pengaturan sirkulasi udara. Dindng kamar mandi dan tempat cuci harus kedap air an mudah dibersihkan. Sedangkan dinding sebelah dalam rata, berwarna terang, dan mudah dibersihkan. Lantai rumah hendaknya kedap air, rata tak licin serta mudah dibersihkan. Tinggi lantai untuk rumah bukan panggung sekurang-kurangnya 10 cm dari pekarangan dan 25 cm dari badan jalan.
-          Ventilasi
       Jendela rumah berfungsi sebagai lobang angin, jalan udara segar dan sinar matahari serta sirkulasi. Letak lobang angin yang baik adalah searah dengan tiupan angin. Pergantian udara agar tetap lancar diperlukan minimum luas lobang ventilasi tetap 5% dari luas lantai dan jika ditambah dengan luas lobang yang dpat memasukkan udara lainnya (celah, pintu, jendela, lobang anyaman bambu dan sebagainya menjadi berjumlah > 10-20% luas lantai. Luas udara yang masuk  sebaiknya udara bersih dan bukan udara yang mengandung debu taua bau.
-          Cahaya
       Cahaya yang cukup dapat diperoleh apabila luas jendela kaca minimum 20% luas lantai. Kamar tidur sebaiknya diletakkan di sebelah timur untuk memberikan kesempatan masuknya ultraviolet. Jika peletekan jendela kurang leluasa dapat dipasang genteng kaca karena semua jenis  cahaya dapat mematikan kuman, hanya berbeda satu sama lain tergantung segi lamanya proses mematikan kuman. Agar cahaya matahari tak terhalang masuk ke dalam rumah  maka jarak rumah yang satu dengan yang lain paling sedikit sama dengan tinggi rumahnya. Lobang asap dapur yang baik apabila lobang ventilasinya > 10% dari luas lantai dapur. Hal ini menyebabkan asap keluar dengan sempurna.
-          Luas Bangunan Rumah
       Luas bangunan yang baik apabila dapat menyediakan 2,5 – 3 m2 /orang (tiap anggota keluarga). Luas lantai kamar tidur diperlukan minimum 3 m2 /orang untuk mencegah penularan penyakit. Jarak antara tepi tempat tidur yang satu dengan yang lain minimum 90 cm. apabila ada anggota yang menderita penakit pernafasan sebaiknya tidak tidur satu kamar dengan anggota lain.
-          Penyediaan Air Bersih
       Apabila sumber air yang dikonsumsi keluarga tidak sehat, maka seluruh anggota keluarga akan menghadapi masalah kesehatan atau penyakit. Misalnya diare, kutu air, herpes. Beberapa syarat air minum yang sehat untuk dikonsumsi adalah:
a.    Syarat fisik: bening (tidak berwarna, tidak berasa, suhu dibawah suhu udara di luarnya)
b.    Syarat bakteriologis: apabila dalam air 100 cc air terdapat kurang dari 4 buah bakteri E.coli.
       Syarat kimia: mengandung zat-zat tertentu dalam jumlah tertentu pula, yaitu: flour (F), Chlor (Cl), Arsen (As), Tembaga (Cu), Besi (Fe), Zat organik, PH (keasaman).
        Fasilitas-fasilitas di dalam rumah sehat meliputi:  pembuangan tinja, pembuangan air limbah, pembuangan sampah, fasilitas dapur, dan ruang berkumpul keluarga.

2.3         Kriteria Rumah Sehat
       Adapun kriteria rumah sehat tercantum dalam Residential Environment dari WHO (1974), yaitu :
1.    Dapat melindungi dari hujan, panas, dingin, dan berfungsi sebagai tempat istirahat.
2.    Mempunyai tempat – tempat untuk tidur, masak, mandi, mencuci, kakus, dan kamar mandi.
3.    Dapat melindungi dari bahaya kebisingan dan bebas dari pencemaran.
4.    Bebas dari bahan bangunan berbahaya.
5.    Terbuat dari bahan bangunan yang kokoh dan dapat melindungi pnghuninya dari gempa, keruntuhan, dan penyakit menular. Memberi rasa aman dan lingkungan tetangga yang serasi.

Kriteria rumah sehat menurut Winslow, yaitu :
1.    Dapat memenuhi kebutuhan fisiologis.
2.    Dapat memenuhi kebutuhan psikologis.
3.    Dapat menghindarkan terjadinya kecelakaan.
4.    Dapat menghindarkan terjadinya penularan penyakit.

Di Indonesia, terdapat kriteria untuk rumah sehat sederhana (RSS), yaitu :
1.    Luas tanah antara 60 – 90 meter persegi.
2.    Luas bangunan antara 21 – 36 meter persegi.
3.    Memiliki fasilitas kamar tidur, WC (kamar mandi), dan dapur.
4.    Berdinding batu bata dan diplester.
5.    Memiliki lantai dari ubin keramik dan langit – langit dari triplek.
6.    Memiliki sumur atau air PAM.
7.    Memiliki fasilitas listrik minimal 450 watt.
8.    Memiliki bak sampah dan saluran air kotor.

2.4         Kebutuhan Fisiologis dan Kebutuhan Psikologis
a.         Kebutuhan Fisiologis
       Terdapat variabel dalam pemenuhan kebutuhan fisiologis berkaitan dengan perumahan, antara lain :
1.         Suhu ruangan
Suhu ruangan harus dijaga agar jangan banyak berubah. Suhu sebaiknya tetap berkisar antara 18 – 20oC. suhu ruangan dipengaruhi oleh :
·         Suhu udara luar
·         Pergerakan udara
·         Kelembaban udara
·         Suhu benda – benda disekitarnya
Dirumah – rumah modern, suhu ruangan dapat diatur dengan fasilitas air conditiong.
2.         Penerangan
       Rumah harus cukup mendapatkan penerangan baik pada siang maupun malam hari. Idealnya, penerangan didapat dengan bantuan listrik. Setiap ruangan diupayakan mendapat sinar matahari terutama dipagi hari.
3.         Ventilasi udara
       Pertukaran udara cukup menyebabkan hawa ruangan tetap segar (cukup mengandung oksigen). Setiap rumah harus memiliki jendela yang memadai. Luas jendela secara keseluruhan kurang lebih 15%.
4.         Jumlah ruangan atau kamar
       Ruang atau kamar diperhitungkan berdasarkan jumlah penghuni atau jumlah orang yang tinggal bersama dalam satu rumah atau sekitar 5 m2 per orang.
b.        Kebutuhan Psikologis
       Terdapat kebutuhan psikologis yang harus dipenuhi dan diperhatikan berkaitan dengan sanitasi rumah. Kebutuhan tersebut, antara lain :
1.         Keadaan rumah dan sekitarnya, cara pengaturannya harus memenuhi rasa keindahan sehingga rumah tersebut menjadi pusat kesenangan rumah tangga yang sehat.
2.         Adanya jaminan kebebasan yang cukup bagi setiap anggota keluarga yang tinggal dirumah tersebut.
3.         Untuk setiap anggota keluarga, terutama yang mendekati dewasa, harus memiliki ruangan sendiri hingga privasinya terganggu.
       Harus ada ruangan untuk hidup bermasyarakat, seperti ruang untuk menerima tamu.

2.5         Syarat Rumah Sehat dan Aman dari Segi Lingkungan
Kriteria rumah yang sehat dan aman dari segi lingkungan, antara lain :
1.      Memiliki sumber air bersih dan sehat serta tersedia sepanjang tahun.
2.      Memiliki tempat pembuangan kotoran, sampah, dan air limbah yang baik.
3.      Dapat mencegah terjadi perkembangbiakan vektor penyakit, seperti nyamuk, lalat,tikus, dan sebagainya.
4.      Letak perumahan jauh dari sumber pencemaran (mis, kawasan industri) dengan jarak minimal sekitar 5 km dan memiliki daerah penyangga atau daerah hijau (green belt) dan bebas banjir.

2.6         Penyakit Akibat Sanitasi Lingkungan Perumahan Kurang Baik
       Rumah atau tempat tinggal yang buruk atau kumuh dapat mendukung terjadinya penularan penyakit dan gangguan kesehatan, seperti :
1.    Infeksi saluran napas
Contoh: common cold, TBC, influenza, campak , batuk rejan (pertusis), dan sebagainya.
2.    Infeksi pada kulit
Contoh: skabies, ring wom, impetigo, dan lepra.
3.    Infeksi akibat infestasi tikus
Contoh : pes dan leptospirosis
4.    Arthropoda
Contoh : infeksi saluran pencernaan (vektor lalat), relapsing fever (kutu busuk), dan dengue, malaria, serta kaki gajah (vektor nyamuk).
5.    Kecelakaan
Contoh : bangunan runtuh, terpeleset, patah tulang, dan geger otak.
6.    Mental
Contoh: neurosis, gangguan kepribadian, psikosomatis, dan ulkus peptikum.

2.7         Sindrom Gedung Sakit (Sick Building Syndrom)
       Perkembangan penduduk dan perekonomian dunia mendorong terjadinya urbanisasi secara besar – besaran dari desa ke kota. Hampir disetiap kota besar dipelosok dunia berdiri gedung – gedung tinggi yang menjulang ke langit. Semua ini akibat keterbatasan lahan untuk pemukiman, perkantoran, dan pusat kegiatan ekonomi. Gedung – gedung seperti ini biasanya dibuat tertutup dan memiliki sistem sirkulasi udara sendiri, yaitu dengan mempergunakan sistem pengaturan udara (air conditioning).
       Beberapa tahun belakangann ini, gedung semacam diatas ternyata dapat menimbulkan masalah kesehatan tersendiri. Masalah kesehatan terjadi biasa dikenal sebagai sick building syndrome (sindrom gedung sakit). Istilah sindrom gedung sakit perta a diperkenalkan oleh para ahli dari negara Skandinavia pada awal tahun 1980 – an dan penggunaannya terus meluas sampai sekarang. Banyak laporan tentang sindrom ini dari berbagai negara Eropa, Amerika Serikat, dan bahkan Singapura.
       Sindrom gedung sakit merupakan kumpulan gejala penyakit akibat kondisi udara yang tidak sehat atau gangguan pada sirkulasi udara didalam suatu gedung. Keadaan semacam itu, dinyatakan sebagai keadaan yang tidak sehat atau sakit, dapat mengakibatkan penyakit pada penghuninya atau pada orang yang memanfaatkannya.
       Keluhan yang ditemui pada sindrom ini antara lain batuk – batuk kering, sakit kepala, iritasi pada mata, hidung dan tenggorok, kulit kering dan gatal, badan lemah, dan lain – lain. Keluhan biasanya berlangsung setidaknya 2 minggu. Walau tidak terlalu parah, gejala itu cukup mengganggu dan sangat berpengaruh pada produktivitas kerja seseorang.
       Adapun penyebab dari sindrom gedung sakit, yaitu dilakukan penelitian terhadap kondisi lingkungan udara atau sistem ventilasi udara didalam suatu gedung. Di Indonesia, masalah sindrom gedung sakit belum banyak diketahui oleh masyarakat luas yang ditandai dari belum adanya kesadaran pemilik atau pengguna suatu gedung untuk memeriksa gedung mereka bila dicurigai adanya pencemaran udara dalam gedung tersebut.
       Hasil pemeriksaan The National Institue for Occupational Safety and Health (NIOSH) 1984 menunjukkan bahwa terdapat 6 sumber utama pencemaran udara yang berasal dari dalam maupun dari luar suatu gedung, antara lain :
1.    Pencemaran dari peralatan didalam gedung 17%
       Pemakaian mesin fotokopi, asap rokok dan dapur, pestisida, bahan – bahan pembersih ruangan, cat, karpet, sofa, dan sebagainya.
2.    Pencemaran dari luar gedung 11%
       Masuknya gas buang kendaraan bermotor yang lalu – lalang atau gas dari cerobong asap atau dapur yang terletak di dekat gedung. Pencemaran tersebut dapat terjadi akibat penempatan lubang masuk udara yang tidak tepat.
3.    Pencemaran akibat bahan bangunan 3%
       Bahan bangunan bersumber dari penggunaan bahan yang terbuat dari formaldehid, lem, asbes, fiber glass, dan bahan – bahan lain yang merupakan komponen penggunaan bentuk tersebut.
4.    Pencemaran mikroba 5%
       Bakteri, protozoa, dan produk mikroba lainnya, dapat dipastikan pada saluran udara dan alat pendingin (AC) dan semua sistemnya.
5.    Gangguan ventilasi 52%
       Kurangnya udara segar yang masuk, buruknya distribusi udara, dan kurangnya perawatan sistem ventilasi udara.
6.    Tidak diketahui 12%
      
       Adapun pencegahan yang harus dilakukan pada sindrom gedung sakit adalah, keluhan yang timbul pada penderita biasanya dapat diatasi secara simptomatis asalkan diikuti dengan upaya lain agar suasana lingkungan udara di gedung tempat kerja menjadi lebih sehat dan nyaman dan agar udara luar yang segar dapat masuk ke dalam gedung secara baik dan merata ke semua bagian gedung.
       Perlu juga diperhatikan bahwa lubang tempat masuk udara luar tidak boleh berdekatan dengan sumber – sumber pencemar diluar gedung agar bahan pencemar tidak terhisap masuk ke dalam gedung. Rencana renovasi ruangan, penambahan batas – batas ruangan, dan penambahan jumlah orang bekerja dalam satu ruangan sebaiknya dilakukan setelah mempertimbangkan bahwa setiap bagian ruangan dan setiap individu telah mendapatkan ventilasi udara yang memadai.

2.8         Dampak Pembangunan pada Kesehatan Masyarakat
       Pembangunan merupakan upaya oleh manusia dan berwujud kegiatan-kegiatan manusia, baik menggunakan alat ataupun tidak. Kegiatan pembangunan yang berlangsung memberikan rangsangan (=stimulus) melalui faktor-faktor resiko atas kesehatan manusia. Besar kecilnya rangsangan dari kegiatan pembangunan tidak sama. Bagaimanapun kecilnya rangsangan, reaksi yang ditimbulkan relatif tidak samadengan nol, atau disebut mendakati nol.
       Reaksi ini berupa dampak yang dapat berupa positif atau negatif. Rangsangan pada dasarnya bersifat eksternal. Walaupun rangsangan akan memberikan dampak kepada faktor risiko atas kesehatan manusia yang internal, namun dapat berlanjut memberikandampak yang internal. Contoh, dampak positif terhadap sosial ekonomi penduduk, akanmerubah menu pangan dan gizi penduduk. Akibatnya 2 sampai 3 generasi kemudian ukuran tubuh akan lebih besar dibanding generasi sebelumnya. Di sini keturunan kependudukan merupakan faktor risiko internal.
       Dampak kegiatan pembangunan terhadap lingkungan hidup aspek kesehatan secara langsung akan mengenai pelayana kesehatan, seperti diuraikan Blum (1974). Contoh penggunaan bandara udara
a.         Dampak terhadap faktor lingkungan, antara lain: meningkatkan kebisingan yang berarti mengganggu kesehatan dan kenyamanan hidup.
b.        Dampak terhadap faktor kependudukan: akan meningkatkan mobilitas penduduk, yang memungkinkan mempermudah/mempercepat masuknyapenyakit AIDS di Indonesia. Dasar memperluas penyebaran penyakit menular.
c.         Dampak terhadap pelayanan kesehatan, antara lain: suatu bandara internasional dituntut adanya pekayanan karantina penyakit menular. Dampaknya berupa kebutuhan playanan kesehatan, yang meningkat.
       Dari konsep Blum yang menggambarkan pengaruhnya faktor kependudukan, lingkungan, pelayanan kesehatan dan perilaku terhadap derajat kesehatan masyarakat, maka dalam penelitian, termasuk Amdal, faktor-faktor kependudukan, lingkungan, pelayanan kesehatan dan merupakan variabel-variabel berpengaruh sedang derajat kesehatan masyarakat sebagai variabel terpengaruh.
       Untuk timbulnya wujud dampak terhadap derajat kesehatan masyarakat seringkali memerlukan waktu lama atau wujud dampak derajat kesehatan mayarakat sulit atau memerlukan upaya yang sangat besar untuk membuktukannya. Maka pembuktian yang lebih efisien ditujukan terhadap faktor risikonya, ialah faktor: kependudukan, lingkungan, pelayanan kesehatan dan perilaku atau sub-sub faktor/sub-sub variabelnya.
       Pada analisis dampak lingkungan oleh kegiatan pembangunan, ditujukan untuk membuktikan terjadinya perubahan-perubahan parameter dari faktor-faktor kependudukan, pelayanan kesehatan dan perilaku kesehatan. Sifat dampak yang murni dapat negatif, positif atau tidak ada dampak sama sekali (sangat kecil sekali), sedang besarnya dapat diukur dengan skala ordinal seperti penilaian Amdal umumnya.


BAB III
PENUTUP

3.1         Kesimpulan
       Rumah sehat dan nyaman merupakan sumber inspirasi penghuninya dan berfungsi sebagai tempat tinggal yang digunakan untuk berlindung dari gangguan iklim makhluk hidup lainnya. Unsur rumah sehat, bahan bangunan, ventilasi, cahaya, luas bangunan rumah, dan penyediaan air bersih. Kriteria rumah sehat yaitu, dapat memenuhi kebutuhan fisiologis dan dapat memenuhi kebutuhan psikologis. Penyakit yang disebabkan akibat buruknya sanitasi lingkungan perumahan, ialah infeksi salurn pernapasan, infeksi kulit, arthropoda, dan lain – lain. Sindrom gedung sakit, merupakan kumpulan gejala penyakit akibat kondisi udara yang tidak sehat atau gangguan pada sirkulasi udara didalam suatu gedung. Dan adapula dampak yang diakibatkan pembangunan pada kesehatan masyarakat ialah, dampak terhadap faktor lingkungan, dampak terhadap faktor kependudukan, dan dampak pada faktor pelayanan kesehatan.

3.2         Saran
       Saran kami, agar terjadinya rumah sehat dan aman ada baiknya untuk mencoba menerapkan beberapa paparan kriteria tentang rumah sehat berdasarkan faktor lingkungan. Agar semua dapat sehat, nyaman, aman, dan terhindari dari berbagai ancaman penyakit, seperti gangguan pernapasan, infeksi kulit, dan lain – lain.





DAFTAR PUSTAKA
                           
Adnani, H. Ilmu Kesehatan Masyarakat. 2011. Nuha Medika : Yogyakarta
Chandra, B. Pengantar Kesehatan Lingkungan. 2006. Perpustakaan Nasional: Jakarta
Sucipto, C. Aspek Kesehatan Masyarakat dalam AMDAL. 2011. Goysen Publishing : Yogyakarta.
Wibowo, et all. Kesehatan Masyarakat Indoesia. 2014. Rajagrafindo Persada : Jakarta


Tidak ada komentar:

Posting Komentar